✨Chapter 17✨

105 12 0
                                    

HAPPY READING!

VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA!!!

🌼🌼🌼

Malam harinya, Athala dan Nia mengadakan resepsi di sebuah hotel milik keluarga Athala. Tentu saja pernikahan kedua insan ini dirayakan dengan mewah dan megah. Apalagi, Athala adalah putra tunggal keluarga Ariadica.

Pasangan pengantin yang baru saja resmi menjadi suami istri tadi pagi itu nampak bahagia. Mereka berdua menjadi raja dan ratu sehari. Keduanya sedari tadi tak melunturkan senyuman bahagia mereka.

Tamu yang datang malam ini begitu banyak mulai dari kolega bisnis Athala, Nia, sampai Andreas. Belum lagi ada lima orang yang tengah asik makan di salah satu meja bundar yanh disediakan. Ralat. Tapi hanya satu orang yang makan. Sisanya hanya menatap orang itu dengan tatapan ngeri.

"Udah piring ke tiga loh, Zi," celetuk Nadia menatap Fauzia yang kini memakan kue setelah tadi mencicipi nasi goreng dan capcay.

"Masih ke tiga. Tuh masih banyak yang belum gue coba," balas Fauzia.

"Lihat lo makan gue jadi lapar juga. Bentar, gue mau ambil makanan dulu," kata Citra bangkit dari duduknya menuju stand makanan.

Sementara itu, kedua pengantin tadi tak henti-hentinya menyalami tamu mereka malam ini. Doa-doa yang diberikan oleh para tamu mulai dari kelanggengan rumah tangga mereka hingga cepat diberikan momongan diamini oleh mereka berdua.

"Capek?" tanya Athala.

"Kaki aku pegal. Soalnya enggak terlalu sering pakek heels setinggi ini," jawab Nia.

"Mau aku ambilin sendal aja?" tawar Athala.

Nia menggeleng. "Enggak usah."

"Biar enggak makin sakit kakinya," ujar Athala.

"Jangan. Nanti tinggi kita jadi jomplang," balas Nia apa adanya. Nia sebenarnya sedikit minder kalau berdiri berdampingan dengan Athala. Tingginya hanya sebatas dada Athala saja.

Mendengar jawaban yang dilontarkan dari mulut istrinya membuat Athala terkekeh pelan. "Enggak masalah. Segitu aja cukup kok tingginya," ujarnya.

Nia mendelik sebal menatap Athala. "Kamu enggak mau aku tambah tinggi lagi gitu!?" galaknya.

"Mau sih. Tapi nanti kalau di peluk enggak enak," jawab Athala.

"Dih! Siapa juga yang mau kamu peluk!" balas Nia memalingkan wajahnya. Padahal mati-matian gadis itu menahan senyumannya.

"Susu penambah tingginya, Bu! Satu kardus satu milyar! Dijamin, sehari tingginya nambah lima meter!"

Itu adalah suara Razka yang kini berjalan dengan gontai ke arah kedua pengantin itu. Bisa dipastikan kalau Razka mendengar perdebatan mereka tadi.

"Happy wedding, Bro and Sis! Semoga rumah tangga kalian berdua sakinah, mawaddah, dan warrahmah," ucap Razka memberi selamat kepada mereka berdua.

"Aamiin," balas Nia dan Athala.

"Nanti malam langsung gas pol ya, Bang!" kata Razka dengan menaik-turunkan kedua alisnya seraya menatap suami isteri itu dengan jahil.

Athala hanya tersenyum simpul saja meladeni ucapan Razka. Sementara Nia pipinya sudah memerah mendengar ucapan Razka tapi untungnya tertutup oleh make up yang ia kenakan.

"Ditunggu kabar baiknya," kata Razka.

"Lo juga, Raz. Ditunggu kabar baiknya sama Citra," sahut Nia.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang