✨Chapter 6✨

103 15 1
                                    

Happy Reading💋

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!!!

SHARE JUGA KE TEMAN-TEMAN KALIAN!!!

🌼🌼🌼

"Selamat atas kelulusannya, dek!" kata Naya seraya memeluk adiknya untuk memberi ucapan selamat.

"Makasih, kak," balas Nia tak kalah senang.

Saat ini, semua keluarga Nia hadir untuk menemani gadis itu wisuda. Apalagi gadis itu kini menyandang gar 'Cumlaude' atau lulusan terbaik.

"Nggak salah gue ngajarin lo selama ini sampai jadi lulusan terbaik," sahut Ares yang menggendong Ayesha.

"Ajaran sesat yang ada kalau gue diajarin sama lo," balas Nia.

"Congratulation, Kak Nia! Shiva ikut senang lihat kakak pakek pakaian wisuda," ujar Shiva--adik bungsu Nia.

"Wih! Belajar Bahasa Inggris dari mana kamu?" Bukannya berterima kasih, Nia malah menggoda adiknya.

Shiva menatap kakaknya itu dengan tatapan jengkel. "Di sekolah 'kan ada pelajaran Bahasa Inggris. Gimana sih! Nggak pernah SD ya?" tanyanya dengan gaya swag.

Naya dan Ares tertawa mendengar penuturan Shiva. Ayesha juga ikut tertawa tanpa mengerti perkataan dari Shiva.

"Udah-udah, malah berantem," tegur Desti yang dijawab cengiran khas oleh Nia dan Shiva. "Selamat atas kelulusannya, sayang." Desti beranjak memeluk putrinya yang dibalas pelukan balik oleh Nia.

"Makasih, Ma," jawab Nia.

"Papa pasti bangga sama kamu," ujar Desti yang hanya didengar oleh Nia. Desti merasakan kepala Nia mengangguk. Desti tahu, meskipun waktu kepergian suaminya orang yang tak menangis di hadapan keluarga yang lainnya hanyalah Nia. Tapi diam-diam, Desti sering mendapati Nia tengah menangis sendirian di kamar sambil memeluk bingkai yang terdapat foto suaminya. "Gunakan ilmu yang kamu dapat selama belajar disini dengan baik, dek," imbuhnya melerai pelukannya.

"Pasti, Ma," jawab Nia lalu mengecup pipi mamanya. "Kita foto bareng yuk!" ajak Nia lalu menggiring keluarganya di tempat foto yang sudah tersedia fotografer handal disana.

"Kapan lo balik ke Indonesia?" tanya Naya pada adiknya. Seusai sesi foto-foto tadi, keluarga itu kini tengah duduk di kursi yang disediakan.

"Mungkin dua atau tiga minggu lagi," jawabnya membuat keluarganya mengernyitkan dahi bingung. "Soalnya masih ada berkas-berkas yang perlu diurus disini sebelum balik ke Indonesia," jelasnya membuat seluruh keluarganya mengangguk.

"NIA!" seru sebuah suara cempreng membuat Nia dan keluarganya menoleh. Nia tersenyum saat mendapati Celline kini tengah berjalan kearahnya.

"Aku pikir kamu nggak datang, Lin," kata Nia.

"Ya kali aku nggak datang diacara kelulusan teman sefrekuensiku," jawabnya membuat Nia tertawa pelan. "By the way, happy graduation day, Nia!" imbuhnya.
(Ngomong-ngomong, selamat atas hari kelulusan, Nia!)

"Thank you, Celline. I hope you also finish your thesis and graduate quickly," jawab Nia.
(Terima kasih, Celline. Semoga kamu juga cepat selesai dengan urusan skripsi dan cepat wisuda)

"Oh iya! Kenalin, mereka semua keluargaku," kata Nia menunjuk keluarganya.

Celline menatap keluarga Nia dengan tersenyum manis lalu menyapanya satu-persatau.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang