✨Chapter 14✨

102 12 0
                                    

HAPPY READING!

VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA!!!

🌼🌼🌼

"Permisi, Bu," ujar Elin yang kini tengah berdiri di pintu masuk ruangan Nia.

Nia menatap Elin sebentar. "Masuk, Lin," jawabnya.

Elin melangkahkan kakinya menuju meja Nia. "CEO Ariadica Company ingin membuat janji temu dengan Anda," ujar Elin.

Nia kini sepenuhnya menatap Elin. "Janji? Untuk apa? Bukannya masalah pekerjaan kita sudah clear?"

"Kata Pak Ariadica untuk urusan pribadi, Bu," jawab Elin.

Nia menghembuskan nafas pelan. Dalam hati ia mengutuk nama Athala yang bergerak dengan kemauannya sendiri.

"Saya sibuk dan nggak bisa-"

"Telat, Nona. Saya sudah disini," sahut sebuah suara bariton membuat kedua perempuan itu menoleh kearah pintu masuk yang terdapat Athala tengah menatap mereka berdua.

"Saya permisi, Bu," pamit Elin undur diri.

"Sebentar, Lin," cegah Nia. "Kamu panggil aja seccurity buat usir dia," imbuhnya membuat kedua bola mata Elin membulat.

"Ta-tapi, Bu," Elin tak dapat melanjutkan kata-katanya lagi. Siapa yang tak mengenal Ariadica Company? Perusahaan yang terkenal mempunyai pengaruh sangat besar didunia bisnis. Dan sekarang, Elin disuruh untuk mengusir pemilik perusahaan itu.

"Usir dia atau kamu saya pecat," ancam Nia. Jujur saja, sekarang Nia sedang kesal dengan kehadiran laki-laki yang tengah menatapnya dengan santai itu. Ingin rasanya Nia menutup wajah Athala menggunakan berkas-berkas yang menggunung di meja kerjanya.

"Kalau dipecat, kamu tinggal hubungi Rafly buat minta pekerjaan sama dia," sahut Athala santai. "Bilang aja kalau kamu saya suruh," sambungnya.

Nia menatap Athala dengan tatapan permusuhan karena baru saja mendengar perkataannya yang menurut Nia sangatlah menyebalkan itu.

"Kamu bisa keluar? Saya mau bicara sama atasan kamu dulu," kata Athala pada Elin.

Setelah tersadar dari lamunannya, Elin akhirnya keluar dengan langkah tergesa-gesa tak lupa dengan menutup pintu ruangan Nia karena Athala sudah berada di dalam ruangan.

Athala berjalan menuju meja kerja Nia dengan tersenyum lebar. Sangat lebar malahan hingga membuat Nia bergidik ngeri. Athala sudah duduk di kursi yang terletak di hadapan Nia.

"Ada urusan apa?" tanya Nia tanpa basa-basi.

"Ayo makan siang!" kata Athala.

"Nggak mau," balas Nia kemudian kembali membaca berkas-berkasnya.

"Nggak nerima penolakan," ujar Athala santai sambil memperhatikan wajah Nia yang tengah serius. Senyum manis di wajahnya belum menghilang. "Kamu cantik kalau lagi serius kayak sekarang."

Tak ada tanggapan dari Nia. Namun, Athala masih tak kenal kata patah semangat untuk meluluhkan hati Nia.

"Cowok di rumah kamu waktu itu siapa?" tanya Athala akhirnya mengungkit masalah Arkie.

Nia menatap Athala sebentar lalu kembali fokus pada berkas-berkasnya. "Bukan urusan lo."

"Sebentar lagi urusan kamu bakalan jadi urusan aku juga," ujar Athala membuat Nia menghentikan gerakan tangannya saat hendak menandatangani berkas.

"Maksudnya?" tanya Nia.

Athala malah tersenyum sangat manis menatap Nia. "Kamu 'kan calon istriku," jawabnya.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang