✨Chapter 35✨

92 11 0
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

🌼🌼🌼

Ruang rawat Nia ramai karena dikunjungi oleh sahabat-sahabatnya. Tentunya Nia senang akan hal itu. Yang membuat wanita hamil itu semakin senang adalah es bubur kacang hijau yang tadi dibelikan Fauzia dengan request pada penjualnya es batunya sedikit saja.

"Kenapa? Mau?" tanya Nia pada Putri yang menatapnya sedari tadi.

Putri menggelengkan kepalanya. "Sok-sokan nawarin. Lo sendiri saja kayaknya kurang," cibirnya.

"Ya sudah," kata Nia melanjutkan makan bubur kacang hijau dengan disuapi Athala.

Sementara di sofa, ada sahabat-sahabat Nia dan Athala kecuali Kenand dan Razka karena dua-duanya sedang ada pekerjaan.

"Memang setan Shella," kata Citra mengawali perghibahan mereka.

"Bukan setan lagi, iblis!" sahut Nadia.

"Kalau saja Omanya Kak Athala enggak datang tepat waktu." Elisa menjeda ucapannya. "Gue enggak bisa bayangin kejadian selanjutnya," sambungnya.

"Sudah sadar Oma lo, Kak?" tanya Fauzia.

"Lo pikir Oma gue enggak waras?" balas Athala mendelik sebal pada Fauzia.

"Zi, enggak boleh begitu ngomongnya," tegur Nia. "Oma selama ini sadar kok. Cuma pintu hatinya baru dibuka beberapa hari yang lalu saja," imbuhnya.

Sagara dan Elang tertawa mendengar penuturan ibu hamil itu.

"Sama saja," kata Sagara. "Cuma bahasanya diperhalus sedikit."

"Terus, Shella sekarang bagaimana?" tanya Putri.

"Dia sudah berada di tempat yang seharusnya," jawab Elang.

"Dimana? Bumi? Pluto?" beo Elisa.

Elang memutar bola matanya malas. "Penjara lah!"

"Gue curiga Shella mentalnya enggak stabil," kata Fauzia.

"Lo hari ini kenapa, Zi? Ngomongnya judes terus," tanya Nadia yang dijawab gelengan singkat oleh Fauzia.

"Capek?" tanya Devan yang kini mengusap lembut kepala adiknya. Fauzia mengangguk sebagai jawaban.

Elang yang tadinya bermain ponsel kini tengah menatap serius manusia-manusia dihadapannya.

"Kenapa?" tanya Citra.

"Kita harus minta traktiran sama Kenand," jawab Elang. "Dia menang tender besar. Gila nih anak," imbuhnya.

"Bukan Kenand namanya kalau enggak bisa buat client tunduk," kata Athala yang diangguki oleh Nia, Devan, Elang, Sagara, dan Elisa.

"Lo kapan mau nyusul Ethan, El?" tanya Nia.

Elisa mengendikkan bahunya. "Gue masih sibuk buat kontrol perusahaan. Apalagi ada proyek baru," jawabnya.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang