✨Chapter 31✨

84 11 0
                                    

Vote & komen yang banyak!

Happy Reading!

🌼🌼🌼

Flashback On

Seorang laki-laki terlihat sedang berlutut dihadapan seorang wanita seraya menangis. Sang wania tak mau memandang laki-laki itu yang notabene adalah anaknya sendiri.

"Aku mohon Ibu, izinkan aku untuk bahagia dengan perempuan pilihanku," ujar sang putra.

"Gadis pilihanmu itu tidak sebanding dengan keluarga kita, Andreas!"

Andreas menatap sang ibu dengan tatapan teduh. "Aku mohon, Bu. Restui hubunganku dan Afya, Bu," katanya memohon.

Indra menatap adiknya dengan iba. Laki-laki itu tak bisa membantu sang adik. Indra menggenggam dorongan kursi roda yang ada di hadapannya. Kurai roda itu berisi pria paruh baya yang duduk seraya menangis dalam diam.

"Sampai kapan pun Ibu tidak akan merestui hubunganmu dan gadis kampung itu!" putus Suci lalu meninggalkan anaknya yang kini duduk di lantai seraya menangis.

Indra mendekati sang adik lalu memeluk adiknya untuk memberi semangat. "Suatu hari nanti, Ibu pasti akan merestui hubungan kalian," ujarnya.

Pria paruh baya yang duduk di kursi roda memejamkan matanya bersamaan dengan air matanya yang luruh begitu saja menyaksikan kejadian yang ada di hadapannya.

🌼🌼🌼

"Sampai kapan kamu menyiksa dirimu sendiri, Andreas?" tanya Suci pada putra bungsunya.

Sudah satu minggu lebih Andreas melamun menatap jendela kamarnya yang menatap pemandangan taman rumah. Dan sudah satu minggu lebih juga Andreas tidak makan, hanya minum air putih saja. Itu pun jarang-jarang.

Tubuh Andreas lebih kurus apabila dibandingkan dengan dirinya yang seminggu lalu. Kantung matanya menceruk kedalam dan menghitam. Pipinya tirus serta bibirnya yang kering membuat siapapun iba saat menatapnya.

Andreas tak mengindahkan ucapan ibunya. Laki-laki itu terus menatap ke luar jendela. Merasa diabaikan, Suci menghela napasnya lalu berbalik keluar dari kamar putranya. 

"Turunkan ego Ibu demi Andreas," ujar Indra pada ibunya.

"Jangan ikut campur, Indra. Kamu cukup diam saja!" balas Suci.

"Ibu mau Andreas mati karena keegoisan Ibu!?" Tanpa sadar Indra meninggikan ucapannya pada Suci.

"Biarkan Andreas bahagia, Suci. Aku tidak mau melihat anakku seperti mayat hidup di rumah ini," kata Wicaksana, ayah dari Indra dan Andreas. Pria yang duduk di kursi roda itu berusaha untuk membuat istrinya sadar jika keegoisannya bisa menyebabkan sesuatu yang fatal.

"Andreas juga anakku. Aku berhak memutuskan masa depannya," balas Suci.

"Andreas bukan robot yang bisa kamu atur semaumu, Suci," kata Wicaksana. "Biarkan Andreas memilih kebahagiaannya sendiri," imbuhnya.

"Mas tau apa tentang kebahagiaan anak-anak? Mas tidak ikut andil dalam membesarkan Indra dan Andreas. Mas hanya sibuk memikirkan perusahaan dan melupakan tanggung jawab sebagai kepala keluarga," kata Suci.

Wicaksana menundukkan kepalanya. "Maafkan aku. Aku tau aku sudah lalai dari tanggung jawab di masa lalu," sesalnya.

"Ibu, yang lalu biarlah berlalu. Tidak usah diungkit kembali. Itu hanya akan mengembalikan luka yang sudah sembuh," sahut Indra.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang