✨Chapter 13✨

110 14 0
                                    

HAPPY READING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING!

🌼🌼🌼

Seorang laki-laki tampan tengah berkutat dengan berkas-berkas yang membuat pusing kepala. Wajah seriusnya membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Laki-laki yang menjadi incaran kaum hawa karena pesonanya. Namun, hati laki-laki itu masih terpaku pada seseorang yang pernah menjadi bagian dari masa lalunya.

Menghela nafas pelan, Athala menyandarkan bahunya pada kursi kebesarannya. Kedua matanya terpejam. Penat. Itulah yang ia rasakan.

Athala membuka kedua matanya lalu tersenyum dengan menatap langit-langit ruangannya.

"Kesambet lo, Bang?" tanya sebuah suara membuat Athala langsung menatap kearah pintu dengan berdecak pelan.

Di pintu masuk sudah ada Devan yang berdiri dengan membawa sebuah map berwarna hitam. Devan melangkahkan kakinya memasuki ruangan Athala tanpa permisi lalu mendudukkan dirinya di sofa.

"Permisi dulu bisa nggak?" sindir Athala yang masih duduk di kursi kebesarannya.

"Permisi nggak permisi akhirnya sama. Sama-sama masuk juga," balas Devan.

Athala kini sudah duduk di sofa single di hadapan Devan. "Ngapain lo kesini?"

Devan berdecak pelan mendengar perkataan Athala yang tidak ada basa-basi sama sekali. "To the point banget."

"Basi!"

"Nih!" Devan meletakkan berkas yang ia bawa tadi pada di meja hingga berbunyi tapi tak keras.

"Apa?" tanya Athala.

Devan menatap Athala malas. "Jangan sok-sokan pikun lo, Bang!"

Athala berpikir sejenak. Setelah itu terbitlah senyuman kecil dibibirnya. "Berkas yang gue minta?" tanyanya.

Devan hanya mengangguk sebagai jawaban. Athala langsung meraih berkas tersebut kemudian membacanya dengan teliti.

"Jadi namanya Arkie William Caesar," gumam Athala.

Tepat dimana pertama kali Athala melihat Arkie di rumah Nia. Saat itu juga, Athala langsung meminta bantuan Devan untuk mencari informasi Arkie. Awalnya Devan menolak dengan alasan sibuk. Tapi bukan Athala namanya jika tak bisa membujuk seseorang.

"Gue udah suruh anak buah gue buat cari informasi yang lo mau. Jadi, stop teror gue. Satu minggu terakhir berasa punya pasangan karena lo keseringan telepon gue," cerocos Devan kesal mengingat Athala yang tak berhenti menerornya.

"Thanks," ujar Athala puas.

"Makasih doang?" tanya Devan tak percaya.

"Iya, emang lo minta apa?" balas Athala bertanya.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang