✨Chapter 12✨

115 15 0
                                    

Satu vote dari kalian sangat berarti buat Author😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu vote dari kalian sangat berarti buat Author😌

Yuk! Yang belum vote silahkan vote dulu ya!
Biar Authornya juga semangat buat nulis cerita

🌼🌼🌼

Nia menatap Arkie yang kini juga tengah menatapnya dengan tersenyum. Dalam hati, Nia bertanya-tanya bagaimana Arkie bisa mengetahui alamat rumahnya? Padahal selama ini Nia tak pernah memberi tahu alamat rumahnya pada Arkie.

"Hai," sapa Arkie.

"Hai juga," balas Nia. "Udah lama?" tanyanya.

Arkie menggeleng. "Nggak kok."

"Kamu kok tau alamat rumahku?" tanya Nia lagi.

"Tadi nggak sengaja ketemu sama sahabatmu yang waktu itu," jawab Arkie.

Nia mengernyitkan dahinya. "Fauzia maksudnya?"

"Iya," balas Arkie. "Nggak sengaja ketemu di rumah sakit waktu aku ngantarin ibu-ibu mau lahiran tadi."

Nia membulatkan mulutnya tanda mengerti. Lalu keduanya sama-sama diam.

"Habis dari mana?" tanya Arkie membuka suara.

"Keluar sama Nadia," jawab Nia.

"Rumah kamu tiap hari sepi?" tanya Arkie lagi berusaha untuk mencari topik pembicaraan.

Nia menggeleng. "Biasanya ramai. Kayak pasar malam malahan," katanya seraya terkekeh. "Cuma dari kemarin, Kak Naya, Kak Ares, sama Ayesha lagi nginep di rumah mertuanya Kak Naya. Adikku sendiri kayaknya masih main di rumah temannya," sambungnya menjelaskan.

"Nia?" panggil Arkie.

"Ya?" balas Nia.

"Kalau seumpama aku masuk islam. Apa kamu mau menerimaku?"

Nia menatap Arkie. "Jangan pindah agama hanya karenaku, Arkie. Aku nggak mau bahas hal ini lagi. Sudah cukup. Kita hanya ditakdirkan untuk menjadi teman, tidak lebih," katanya. "Asal kamu tau, Arkie. Menyatukan dua hal yang berbeda itu tidaklah mudah. Pada akhirnya, kita pasti akan menerima salah satu dari jawaban menyatu atau menjauh," lanjutnya. "Dan kita berdua sudah tau jawabannya."

Arkie menatap Nia dalam. "Aku cinta kamu, Nia. Sungguh," ujar Arkie.

Kedua mata Nia memerah menahan tangisnya. "Aku tau, Arkie," ungkapnya. "Tapi, kenyataan bahwa salibmu dan tasbihku mengarungi jarak yang sampai kapanpun tidak akan pernah diizinkan untuk bersatu."

Keduanya saling diam dengan perasaan masing-masing. Arkie yang lagi-lagi menerima kenyataan bahwa dia dan Nia tak bisa bersama. Dan Nia yang merasa bersalah pada Arkie.

"Andai kita tidak bertemu dan berteman, pasti semua nggak akan jadi rumit kayak gini," ucap Nia.

Arkie menggeleng. "Jangan menyalahkan pertemanan kita, Nia. Disini aku yang salah karena menyimpan perasaan padamu. Dan aku juga yang membuat kita semakin jauh," jelas Arkie. "Kadang aku berpikir bagaimana kamu bisa mengendalikan perasaanmu waktu tau kalau kita tidak seiman," sambungnya.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang