✨Chapter 16✨

105 12 0
                                    

TEKAN TOMBOL BINTANG DI POJOK KIRI BAWAH!

UDAH?

UDAH BELUM!?

HAPPY READING!

🌼🌼🌼

"Saya terima nikah dan kawinnya Nia Dwi Kanaya Putri binti Almarhum Dio Jatmika dengan mas kawin uang sebesar lima ratus juta rupiah dan seperangkat alat shalat di bayar tunai!" ujar Athala tegas dengan hanya sekali tarikan nafas.

"Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu.

"SAH!" jawab saksi membuat para tamu menitikkan air matanya karena terharu.

"Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir,"

"Silahkan panggil mempelai wanitanya," ucap penghulu.

Semua mata tertuju pada tangga. Disana, sudah ada Nia yang diapit oleh Putri dan Nadia yang sedang berjalan menuju tempat berlangsungnya akad. Kebaya putih yang dipakainya terlihat pas di tubuhnya.

Athala berdiri menyambut kehadiran istrinya yang baru saja sah. Athala menatap Nia kagum. Cantik. Hanya kata itu yang terlintas di benaknya setelah tak melihat Nia selama satu minggu terakhir. Senyum Athala sedari tadi tak luntur dari bibirnya apalagi saat Nia kini sudah berdiri di sampingnya.

Keduanya saling memasangkan cincin pernikahan. Nia lalu mencium punggung tangan Athala yang dibalas kecupan lama di dahinya. Lalu, Athala memegang ubun-ubun Nia.

"Assalamu'alaikum, istri," bisik Athala dengan senyuman manis dibibirnya.

"Wa'alaikumsalam, suami," jawab Nia seraya tersenyum manis menatap Athala.

Acara kemudian dilanjutkan dengan resepsi yang berada di rumah Nia. Meskipun di rumah, tapi banyak tamu dari kalangan rekan bisnis mereka yang datang untuk memberi ucapan selamat dan doa kepada mereka. Terutama, rekan bisnis Athala.

"Happy wedding, Bang! Samawa," ucap Devan memberi selamat pada Athala.

"Thanks, Dev," jawab Athala tulus.

Ada Sagara, Kenand, Elang, Razka, Elisa, Citra, Putri, Nadia, dan Fauzia yang sedang berdiri di atas pelamin untuk memberi ucapan pada pasangan raja dan ratu semalam itu.

"Beri gue keponakan yang kiyowok-kiyowok, Ni!" kata Fauzia membuat pipi Nia memerah. Hal itu membuat yang lain tertawa kecuali Kenand yang masih setia dengan wajah datarnya.

"Semalam aja telepon gue sambil nangis-nangis dan bilang kalau lo enggak rela gue nikah cepat, sekarang ngeledek-ngeledek," cibir Nia untuk menutupi rasa malunya.

"Enggak usah diungkit juga aib gue," kata Fauzia.

"Lo telepon Nia, Zi? Kok kita enggak tau?" tanya Putri.

"Kalian ngebo mulu sih," balas Nia.

"Enggak lo doang, Ni. Waktu gue nikah, Zia juga telepon gue sambil nangis-nangis. Takut kalau kita enggak bisa kumpul-kumpul lagi kaya dulu," sahut Elisa.

"Annoying kalian!" kata Fauzia kesal yang kemudian berlalu dari hadapan kedua pengantin dan sahabat-sahabatnya itu.

"Bilangnya kagak mau, tapi nikah," sindir Citra.

"Ya 'kan jodoh enggak ada yang tau. Iya 'kan?" kata Nia menoleh pada Athala meminta dukungan.

"Aku sih tau kalau kamu itu jodohku," balas Athala yang malah menggombal.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang