Tiga bulan setelah pernikahan Jeno dan Lucas, tidak selancar yang Jeno bayangkan. Banyak pertengkaran yang terjadi, dan keduanya terlalu egois untuk mengalah.
Lucas yang ingin selalu di dengarkan dan begitupun juga Jeno, sayangnya mereka berdua tak ingin saling mendengar kan.
"Kita baru nikah, buat apa adopsi anak"
Mengadopsi anak, menjadi hal yang sering di perdebatkan.
"Tapi gue pengen adopsi anak, apa salahnya Lucas"Jeno berusaha menahan diri untuk tidak meninggikan suaranya.
"Berapa kali kita bahas ini, dan lo masih gak paham. Coba sekali aja dengerin gue Jeno, kita berdua sama-sama sibuk gimana bisa ngurus anak"ucap Lucas.
"Buat apa gue dengerin omongan lo kalau lo gak mau dengerin omongan gue"
Selalu seperti ini, Jeno tak bisa untuk tak terpancing emosinya saat Lucas sudah secara tidak langsung bilang bahwa Jeno tidak pernah memahami Lucas.
"Liat ke adaan kita sekarang, kita sering tengkar cuman gara-gara hal sepele. Apa gak kasian sama anak yang mau lo adopsi kalau sering denger orangtuanya tengkar"Bukannya mengalah, Lucas malah semakin memperburuk ke adaan.
"Kita gak akan tengkar terus menerus kalau lo setuju untuk adopsi anak"Dan Jeno juga tak punya niatan untuk mengalah.
"Terserah, lakuin apa yang mau lo lakuin. Silahkan adopsi anak yang mau lo adopsi, tapi urus sendiri dan jangan minta bantuan gue"Lucas mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari rumahnya, padahal hari sudah malam.
Jeno mendudukkan dirinya di sofa, dan seperti biasa Jeno menangis dalam diam. Jeno hanya ingin mengadopsi anak, kenapa Lucas sangat menentangnya.
Lucas masuk kedalam rumahnya saat jam 5 pagi, dia menghela napas saat melihat Jeno tidur meringkuk di Sofa. Dia perlahan menghampiri Jeno dan menggendong Jeno untuk ia pindahkan ke kamar.
"Alkohol"guman Jeno, dengan tangan yang melingkar di leher Lucas lalu mendekat kan wajahnya di ceruk leher Lucas.
"Hm"Lucas hanya berguman.
"Tidur lagi, masih Jam 5"Lucas menidurkan Jeno di atas kasur secara perlahan.
"Mau kemana?"Jeno memegang tangan Lucas.
"Ke kamar mandi, lo gak suka bau alkohol"Lucas menyingkirkan tangan Jeno dari pergelangan tangan nya, lalu dia bergegas pergi ke kamar mandi.
Keduanya berbaikan tanpa ada yang berucap maaf, "gue mau minta maaf, tapi gue gak salah"guman Jeno.
Jeno mengambil ponselnya yang ada di nakas saat mendengar ponselnya berbunyi. Jeno tersenyum saat tahu bahwa Haechan dan Renjun yang menghubunginya.
"Apa ini, kalian janjian buat bengkak in mata"Renjun tadi sempat kaget karena mata Haechan yang bengkak, sekarang dia tambah kaget melihat mata Jeno.
"Lele sama Jisung, apa kabar?"ucap Jeno, dia sebenarnya juga kaget melihat Haechan yang agak berantakan dengan mata yang lumayan bengkak. Terlihat jelas bahwa Haechan juga baru menangis.
"Lele baik"ucap Haechan.
"Jangan ngalihin pembicaraan, ayo bilang ke gue kalian kenapa"kata Renjun.
"Udah dulu ya gue mau ker__
"Di Kanada masih Jam 5 pagi, setau gue lo gak kerja sebagai Office boy yang mengharuskan lo berangkat ke kantor sepagi ini"kata Renjun, membuat Jeno bungkam.
"Wah tumben kalian bicara tanpa di pancing gue dulu"Haechan tersenyum melihat kedua temannya yang sudah mulai bicara meskipun dia tak mengoceh terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Keluarga {LuNo}
Random--- Termasuk Sequel Cerita Daddy and Mommy --- . . . bxb 🔞