Family Story 34

4.2K 371 10
                                    

Waktu berjalan begitu cepat dan sekarang Logan sudah mulai sekolah dasar atau di Kanada disebut jenjang Primary. Selain karena Logan telah menyelesaikan jenjang Pre-Elementary, di Kanada anak-anak yang berusia 6 tahun akan masuk ke jenjang Primary. 

Terdapat perbedaan yang cukup Logan rasakan antara saat dia di Pre-Elementary dan di Primary. Kurikulum pengajaran di level Pre-Elementary bersifat non formal. Setiap tenaga pengajar akan membuat kelas menjadi menyenangkan dan tidak membosankan untuk anak-anak. Sedangkan Primary anak-anak sudah belajar dengan formal. 

Terlepas dari perubahan cara belajar yang Logan hadapi, sekolah menurut Logan tetaplah menyenangkan. Semenyenangkan itu sampai Jeno dan Lucas selalu melihat Logan terlihat gembira saat berangkat maupun pulang sekolah. Namun di hari terakhir minggu pertamanya bersekolah. Logan pulang dengan tangisan yang membuat Jeno bingung. 

“kenapa nangis? Logan ada masalah, sayang?”Jeno mengikuti anaknya yang berjalan menuju kamarnya. 

“LOGAN TIDAK MENGERTI, PADAHAL SUDAH BELAJAR TAPI KENAPA TETAP TIDAK BISA”kata Logan yang dengan cepat masuk ke kamarnya, meninggalkan Jeno yang tambah bingung. 

“Kenapa?”Jeno memutuskan bertanya pada Lucas terlebih dahulu sebelum menghampiri anaknya, dia tidak bisa langsung berbicara pada Logan tanpa tau apa masalahnya. 

“Daddy gak tau, sepanjang jalan pulang dia cuman ngedumel. Pas ditanya Logan kenapa, eh malah nangis. Jadinya aku diem aja, biar dia ngeluarin emosinya dulu. Tapi sampai ke rumah pun emosinya belum reda”jelas Lucas sambil membuka dasinya. 

Jeno menghela nafas sambil melihat pintu kamar Logan yang sedikit terbuka, membuat Jeno dengan jelas mendengar isakan anaknya. Ini adalah keadaan yang baru pertama kali Jeno serta Lucas hadapi selama mereka bersama dengan Logan. 

Bingung harus bersikap bagaimana, karena mau sepintar apapun mereka menangani Logan. Jeno dan Lucas hanyalah orang tua baru yang masih bingung harus bagaimana dan harus apa, serta bingung harus berpatokan kepada siapa untuk mengurus anak mereka. 

“Mau bicara bareng atau cuman Papa aja yang ngajak bicara?”Lucas mengelus pipi Jeno agar suaminya itu tersadar dari lamunan nya. 

“Bareng aja ya, tapi aku duluan. Kamu ganti baju aja dulu”

“Oke, ngomong nya pelan-pelan aja. Kalau bingung mau ngomong apa tenangin aja dulu anaknya”

Jeno hanya mengangguk sebelum pergi menuju kamar Logan. Sesampainya di depan kamar Logan, pintu yang sedikit terbuka itu Jeno ketuk. “Papa boleh masuk, ingin berbicara dengan Logan. Papa khawatir”

Tak ada jawaban dari Logan, namun pintu bergerak terbuka. Memperlihatkan Logan yang merentangkan tangannya, dia meminta Jeno memeluknya. 

Tawa pelan Jeno terdengar sebelum memeluk Logan dan lanjut menggendongnya, Jeno membawa Logan masuk kedalam kamar. 

“Anak Papa ini kenapa hm? Lihat mata Logan bengkak dan merah”Jeno mencium mata anaknya bergantian. 

“Logan kesal”Logan berucap dengan suara yang pelan. 

“Kesal kenapa tuh kalau Daddy boleh tau, Daddy juga kesel loh dari tadi Logan diemin di mobil”

“Sorry Daddy”Logan berucap pelan sambil berusaha agar ingusnya tidak keluar. 

“Daddy maafkan. Dan sebelum kita ngobrol ada baiknya ingus Logan dibersihkan dulu”Lucas mengambil tisu yang ada di atas meja belajar Logan, sebelum duduk di sebelah Jeno yang memangku Logan. 

Jeno dengan telaten membersihkan hidung anaknya setelah menerima beberapa lembar tisu dari suaminya. 

“Mau cerita sekarang apa mau istirahat dulu, kalau Logan capek istirahat aja dulu”Jeno memindahkan Logan untuk duduk di tengah-tengah antara dia dan Lucas. 

Cerita Keluarga {LuNo}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang