BAG - 35

320 23 0
                                    

UPDATE LAGIIIIIII YEAYYY 😎😎😎😎😎

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA BAHAGIA YAAAAAA 💜💜💜💜💜

PLEASE SUKA YA SUKA YA SUKA YAAAA, KLIK VOTE NYAAA KOMEN JUGA TERUS SHAREEEE 😭😭😭😭😭😭

VOTE DAN COMMENT NYA JANGAN LUPA YAAAA, SEMANGATIN AKU BUAT TERUS LANJUT SAMPAI TAMAT 😇😇😇😇

I LOVE YOU GUYSSSSS ❤❤❤❤🍁

Find me in the Instagram
@Rarasshiii_

⬆⬆⬆⬆⬆⬆⬆
Yuk berteman

***

Taman belakang sekolah sma Garda Satria sudah sepi sejak bel pulang bernunyi keras beberapa saat yang lalu. Peringatan itu tidak membuat Kaviar yang sedang duduk disalah satu bangku taman beranjak. Dia masih setia diam dan lurus menatap langit cerah sore itu. Entahlah, saat ini dia cukup nyaman untuk menyendiri.

Matanya kemudian turun kearah kepalan tangannya sendiri. Buku-buku kukunya mulai membiru saat dia menghajar wajah Gio karena amarah tadi. Seharusnya dia tidak melakukan itu, dia harus bisa mengontrol emosinya. Tapi kenapa tidak bisa? Dia bukannta benci karena Gio terlalu ikut camlur masalah pribadinya. Namun karena apa yang terjadi terhadap keluarga besarnya sendiri.

Memiliki anggota keluarga yang tidak dia inginkan itu bukanlah hal yang baik. Siapapun pasti akan sulit menerima keberadaannya sekuat apapun mereka mencoba untuk mengatakan iya. Tidak mudah untuk bersikap vaik-baik saja hanya untuk membuat orang lain bahagia. Apalagi dalam kasus keluarga Kaviar. Semuanya sudah berbeda sejak dia harus menerima kenyataan bahwa dirinya, Brata, dan Pendrik, adalah satu keluarga.

Tiba-tiba saja kepalan tangan Kaviar yang tadinya klterkepal kuat mulai melembut. Sebuah tangan melapisi kepalan itu sambil mengusapnya pelan. Dia lalu mengompres buku-buku tangannya dengan kain yang melapisi es batu.

Vella, dia ada disana. Duduk disebelah Kaviar sambil tersenyum menatap cowok itu dengan tatapan lembutnya. Melihat keberadaan Vella disampingnya, Kaviar seolah merasa sedikit tenang. Dia menghela napasnya pelan, namun belum bereaksi apa-apa hingga beberapa menit kemudian.

"Gue kira lo dimana. Ternyata disini," kata Vella. Dia terus memindahkan kompresan tangan Kaviar keseluruh area yang membiru.

"Kenapa lo disini, kok belum pulang?"

"Males aja. Gue nungguin lo dari tadi."

Kaviar menghela napasnya, "Seharusnya lo pulang duluan. Gue mau sendiri."

"Jangan sendiri-sendiri ah, nggak baik. Ntar yang ngerangkul bahu lo beda lagi."

Kaviar menoleh, "Maksudnya?"

"Untuk sekarang," Tangan Vella menyelinap kebelakang tubuh Kaviar. Menyusuri bahu bidangnya dengan pelan membuat cowok itu tiba-tiba berdesir. Bulu romanya seketika merinding. Hingga dia merasakan jemari Vella menangkup kuat bahunya, "Biar gue yang ngelakuin ini."

Kaviar terkekeh, dia menatap tangan Vella yang ada dibahunya, "Seharusnya lo pulang."

"Gue nggak akan pulang sebelum lo pulang. Kalau lo masih mau disini sampe jam 12 malam pun, gue betah nungguinnya."

Kaviar terkekeh lagi, keberadaan Vella sekarang seakan membuatnya merasa sangat jauh lebih baik.

"Maaf."

KAVIAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang