BAG - 71

195 10 0
                                    

Update lagiiii
Selamat membaca semuanya
Lope-lope berterbangan pokoknyaaaaa 😭😭😭💜💜💜

"VELLAAAA!!!"

Pintu ykamar yang terbuat dari kayu itu terbuka sangat keras. Ranggini  masuk kedalam kamar Vella seakan-akan mengajak satu negara berperang. Cewek itu langsung membanting tubuhnya keatas kasur, menimpa Vella yang kala itu tengah duduk sambil memainkan ponselnya.

"AAKKHHHHH!!!"

Vella langsung memukul Ranggini dengan bantal berbentuk bulan sabitnya. Tapi Ranggini tidak peduli, dia mulai melakukan pengecekan secara berkala pada seluryh tubuh Vella. Memastikan sahabat baiknya itu sudah dalam keadaan yang baik-baik saja.

"Lo nggak apa-apa kan, sahabat?" tanya Ranggini. Vella yang sedari tadi merasa pusing karena rubuhnya diguncang hebat oleh Ranggini hanya bisa mengangguk pelan. Mengikuti ritme goncangan yang Ranggini lakukan padanya.

"Gue udah sehat, Rang,"

"Kenapa lo nggak bangun dari kasur? Lo bikin gue khawatir ajaaaa..." rengek cewek yang mengenakan seragam sma Angkasa itu.

Vekla tertawa pelan, "Kasur adalah hal yang gue butuhkan saat ini."

"Nggak ada nggak ada." Ranggini menyibak selimut yang masih menutupi pinggang Vella. Ia lalu menarik tangan sahabatnya itu dan mendorongnya masuk kamar mandi.

"AHHH RANG DINGIIINNNNN!!"

Vella meronta minta tolong, berusaha keluar dari jeratan Ranggini yang saat ini tengah menyiramnya dengan air dingin. Membasuh wajahnya dengan sabun cuci muka dan juga membantunya menggosok gigi.

"Cepetan, kita jalan-jalan.."

Entah setan apa yang sedang merasuki Ranggini saat ini. Vella hanya bisa mengikuti alur yang Ranggini gariskan untuknya dan segera siap untuk ikut jalan-jalan.

Senyum Ranggini akhirnya merekah ketika menatap Vella sudah menjadi bugar kembali. Wajahnya dipoles begitu manis, bibirnya merona oleh liptint dan juga bulu mata lentiknya terlihat sangat menawan.

Vella menatap dirinya sendiri yang terbalut dress warna cokelat yang dilapisi dengan jaket rajut warna cream. Cukup nyaman, ia juga suka.

Cewek itu kemudian berbalik, menatap Ranggini yang entah bagaimana sudah siap dengan kemeja biru dan juga jeansnya. Padahal selang beberapa menit yang lalu, Ranggini masih bersama seragam kebesaran sma Angkasa.

"Sejak kapan lo ganti baju?"

"Udah nggak usah banyak tanya. Yuk pergi..."

"Tapi—"

"Nggak ada tapi-tapian ya sahabat. Kita happy-happy hari ini yaaa.."

Vella kemudian tertawa. Ia hanya mengangguk seraya mengikuti langkah Ranggini keluar dari kamarnya. Setelah berpamitam pergi dengan Syahnas, kedua cewek itu menghilang dengan mobil Ranggini, berkeliaran entah kemana.

***

Pukul setengah tiga sore. Kaviar melirik jam tangannya sebentar. Lalu keluar dari mobil dan berjalan masuk kedalam rumah sakit bersama dengan bingkisan buah-buahan serta buket bunga matahari kesukaan Astia.

Cowok itu berjalan pelan, menyusuri koridor utama hingga dia berada dilantai dua tempat Astia dirawat. Dari kejauhan, terlihat Berlin, Jasmin, dan Brata yang masih mengenakan seragam sma Garda sedang mengobrol. Sedangkan seseorang yang menguasai tempat duduk tunggu tengah terlelap. Menutupi kepalanya dengan jaket rajut warna ungu yang tentunya ia kenal.

Itu milik Berlin, jaket yang ia berikan saat cewek itu memenangkan lomba tari di sekolahnya.

Entahlah, kenangan yang tak seharusnya kembali membuat Kaviar merasa risih. Ia hanya berjalan tanpa berniat menatap keberadaan orang-orang itu dan masuk kedalam ruangan. Memeriksa apakah Astia sudah bisa melihatnya berada disana, atau masih setia terlelap agar membuatnya menunggu.

KAVIAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang