BAG - 60

262 12 0
                                    

Selamat membaca, semoga suka ❤❤❤❤

Vote dan komen ya jangan lupa. Biar aku makin semangat buat namatin cerita ini. Love kalian sampai mati 🔫🔫

💛💛💛💛💛💓💓💓💙💙💙💙💙

Follow me on instagram
@Rarasshiii_

Suasana pagi dikediaman Ranggini terlihat sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana pagi dikediaman Ranggini terlihat sepi. Hanya suara-suara dentingan piring yang beradu dengan sendok yang terdengar. Dua orang perempuan yang sedang duduk berhadapan sarapan tanpa obrolan.

Ranggini meraih gelas dan teko untuk meminum air putihnya, namun Resti menahan cewek itu. Resti berganti dan menuangkan air putih untuk puterinya tersebut.

"Jam berapa kamu pulang tadi malam?" tanya Resti kemudian.

Ranggini menerima gelas dari Resti, "Sepuluh."

"Kan mama udah bilang, jangan keluar sampe jam segitu, bahaya, Rang." Resti memperhatikan wajah Ranggini dengan seksama, ada sedikit memar di tulang pipi anak gadisnya itu.

"Pipi kamu kenapa, Rang?"

Spontan Ranggini menyentuh tulang pipinya yang sedikit sakit. Dia menutup matanya sebentar, ingatannya kembali disaat dimana Giran menggamparnya dengan kuat tadi malam.

"Kena lempar bola basket, ma." jawab Ranggini lalu menunduk lagi. Menyendok nasi uduk buatan Resti yang selalu menjadi kesukaannya saat sarapan pagi.

Resti menghela napas pelan, "Tadi malam kamu main basket? Katanya mau ketemu Vella."

Gelengan kecil yang Ranggini tampakkan semakin membuat rasa penasaran Resti memuncak. Apa hubungan Ranggini dengan Vella belum pulih seperti sedia kala? Resti ingat betul jika Ranggini sudah membawa Vella dan Berlin kesana. Rumah itu pasti akan segera menjadi kapal pecah karena keributan yang selalu terjadi diantara ketiganya.

Vella dan Berlin tidak segan-segan menunjukkan jati diri paling bobrok yang ada pada mereka, terkadang ketiga cewek itu menangis karena nonton drama bersama, terkadang juga sediaman setelah terjadi pertengkaran kecil diantara mereka.

Jujur saja, Resti merindukan hal kecil itu. Dimana Vella dan Berlin bisa membawa kembali Ranggini yang bahagia dan bersahaja. Sejak perceraian antara dirinya dan ayah Ranggini, cewek itu berubah 180 derajat. Bahkan terkadang, Resti sulit mengenali sifat anak gadisnya itu. Senyum Ranggini juga jarang sekali tampak, jika sedang sangat terpuruk, Resti selalu mendengar Ranggini membanting semua barang-barangnya dan berteriak. Bahkan saat itu terjadi, Resti tidak bisa menenangkan Ranggini karena cewek itu selalu menyendiri.

"Nggak." jawab Ranggini.

"Jadi tadi malam kamu main basket?" Cewek itu mengangguk pelan.

Kepala Ranggini seakan-akan ingin meledak saat itu juga. Rasanya sangat sakit, laci-laci memorinya memaksa agar Ranggini mengingat semua kenangan yang tak pernah ingin ia buka kembali. Tentang hubungan harmonis yang pernah terjadi dahulu, saat ia bertemu Vella dan Berlin, saat perceraian itu, saat dimana sang ayah mengenalkan perempuan lain dan akan segera menikah, hingga kehancuran persahabatannya dengan kedua cewek yang tak akan pernah bisa tergantikan.

KAVIAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang