BAG - 2

651 42 19
                                    

Selamat membaca semua. Semoga suka❤❤❤❤
.
.
.
.
.
.
.
.

"

Aduh den mah keseringan bikin mboknya khawatir. Kalau mboknya tiba-tiba jantungan terus koit gimana toh? Siapa coba yang bakal mijitin aden lagi?"

Mbok Deden menghela napas kasar sambil melumuri punggung Kaviar dengan minyak pijat. Lalu dengan sekuat tenaga memijat tubuh kekar Kaviar itu.

"Aduh, mbok, yang atasan dikit. Di bahu kanan," Kaviar meringis sambil mengarahkan mbok Deden ke bagian tubuhnya yang sakit. Ternyata Vella benar, tubuhnya akan terasa seperti baru saja diremukkan.

"Aden nya ngapain aja sih diluar? Berantem sama siapa toh? Nggak capek apa setiap bulan kayak gini terus? Kayak nggak pernah absen aja. Sekali-kali boleh dong aden nya absen, biar nggak kena pijet mulu," kata mbok Deden membuat Kaviar tertawa disela sakitnya.

"Jangan bikin ketawa, mbok. Sakit nihh," ringis Kaviar.

Mbok Deden malah ikut tertawa, "Lah mana lagi yang sakit nya? Hati aden juga lagi sakit? Sini biar mbok pijetin."

Kaviar tertawa hingga membuat sekujur tubuhnya merasa sangat nyeri, "Mbokkkk!"

"Ya sudah ya sudah," Mbok Deden jadi berhenti melawak, "Mana lagi yang sakit?"

"Itu deket pinggang, sakit banget, tadi kayaknya kena pukul deh,"

Tangan mbok Deden beralih ke bagian yang disebut Kaviar. Dengan pelan dia memijat bagian itu, pijatannya mula-mula pelan, tapi lama-lama mengencang.

"Aaaah!" Pekik Kaviar.

"Eh A B C D uncle muthu," Mbok Deden jadi kaget mendengar teriakan Kaviar. Cowok itu tertawa lagi.

"Mboookkk!"

"Lah aden nya yang teriak bikin mboknya kaget,"

Memang Kaviar dan Mbok Deden sangat dekat. Sejak kecil, Kaviar sudah diasuh oleh mbok Deden. Sampai-sampai Kaviar tidak mau mbok Deden digantikan oleh siapapun. Alhasilah hingga sekarang, mbok Deden masih setia menemani Kaviar meskipun usianya sekarang tidak lagi muda. Rasanya sangat nyaman saat bersama mbok Deden, Kaviar jadi merasa damai.

Mbok Deden juga sudah mengganggap Kaviar sebagai anaknya sendiri karena kedua anak mbok Deden mengalami kecelakaan dan meninggal dunia beberapa tahun silam.

"Kenapa lagi kamu?" Kaviar menenggelamkan wajahnya di bantal saat mendengar suara yang selalu bisa membuatnya naik darah.

Seorang pria dengan kaos polo santai turun dari lantai dua. Dia melihat Kaviar yang tengah di pijat oleh mbok Deden.

"Berantem lagi? Astaga Kaviar! Kapan sih kamu bisa bersikap lebih dewasa? Huh? Berantem bukan lagi umur kamu! Nggak capek kamu?"

Kaviar bangun dari posisi terkelungkupnya. Lalu menatap mbok Deden sambil tersenyum.

"Dah, mbok boleh masuk kamar. Makasih ya mbok, sayang deh sama mbok," kata Kaviar. Mbok Deden menggangguk, dia sudah terbiasa dengan sikap orang rumah Kaviar terhadap cowok itu.

"Kamu ini nggak pernah berubah dari dulu. Papa tuh malu Kav, kamu selalu melenceng dari jalan keluarga kamu sendiri. Kamu selalu keluar dari zona yang sudah papa buat susah-susah untuk kamu. Kamu seharusnya bisa berterima kasih sama papa, hidup kamu dimasa depan akan tertata. Tapi kamu selalu bisa bikin papa nggak tenang, naik darah aja bawaannya,"

"Papa nggak perlu susah-susah nyusun rencana masa depan buat aku. Karena yang hanya bisa membayangkan masa depan aku seperti apa ya aku sendiri. Papa nggak usah ikut campur sama masa depan aku, papa nggak akan ngerti."

KAVIAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang