BAG - 8

367 28 0
                                    

Happy reading, semoga suka yaaa 🌼🌼🌼

----

"Loh Vella nggak masuk ya? Tumben, baru tiga hari loh," ucap Kiky membuat semua orang yang ada di kelas tersadar. Tidak ada Vella diantara mereka.

"Vella kemana?" tanya Gio pada Kaviar yang hanya menggidikkan bahunya.

"Mana gue tahu, emang gue bapaknya."

Aneh, padahal kemarin cewek itu baik-baik saja. Kenapa sekarang malah tidak masuk, apa dia masuk angin ya?

"Coba gue telpon ya," kata Kiky.

"Ya elah, ngapain sih pake ditelpon-telpon segala. Dia bukan anak kecil, kali. Jadi ya udah, kalau nggak masuk kan mungkin dia ada halangan. Gimana sih?" celetuk Agnes tiba-tiba.

"Tahu, udahlah. Gue juga yakin dia masih hidup. Palingan telat karena.mabuk dugem tadi malam," lanjut Alya.

"Kalian cowok-cowok pada kenapa sih? Cewek di kelas ini tuh bukan Vella doang. Ada 16 cewek disini, godain yang ada aja kek," sambung Stefi.

"Eh, itu kalau Vella nya ngabarin pake surat. Kan kita nggak nerima surat sama sekali, ya wajarlah kita khawatir sebagai teman kelas," jawab Kiky membuat ketiga cewek tadi kesal. 

"Kayak nggak ada hal lain gituloh yang bisa kalian khawatirin. Khawatirin nilai kek, apa kek, ini malah khawatirin Vella. Nggak berguna banget tahu nggak. Emang dia bakal mikirin kalian balik? Kita aja nggak tahu dia orangnya kayak gimana. Butuh waktu yang nggak sebentar loh buat kita biar bikin orang-orang tergila-gila sama kelas kita, dan bikin anak baru jadi takut sama kita. Bukan dalam waktu tiga hari," jelas Agnes.

"Agnes bener," rata-rata cewek didalam kelas mendukung emansipasi Agnes.

Gio menghela napas pelan, lalu beralih ke Kaviar.

"Terlalu banyak makan micin, jadi kayak gitu, nggak jelas," kata Gio. Kavair hanya diam, dia masih berperang dengan pikirannya. Kenapa sekarang dia jadi kepikiran dengan menghilangnya Vella.

"VELLA ANGKAT!" Kiky spontan berdiri sambil memegangi ponselnya. Ternyata Vella mengangkat telponnya.

"Loudspeaker Ki,"

"Hallo? Ini siapa ya?"

Seisi kelas tertawa, ternyata Vella tidak menyimpan nomor Kiky.

"Ih bidadari mah,"

"Oh Kiky, sorry sorry sorry, gue belum ngesave nomor anak kelas. Jadi nggak tahu, kenapa kenapa?"

"Kenapa lo nggak masuk bidadari. Seisi kelas nyariin loh,"

"Nggak seisi kelas kok. Jangan kegeeran."

"Sttttt!"

"Vell? Masih bersama kami? Maaf ya ada gangguan mahluk tak kasat mata,"

Vella terkekeh, "Gue nggak apa-apa guys. Tenang aja, gue tadi cuma kesiangan doang. Tadi malam habis nganterin abang gue pergi ke Bandara,"

"Oh gitu, kirain lo kenapa-kenapa bidadari. Lain kali jangan lupa kirim surat ya, biar kita nggak khawatir."

"Makasih ya guys, udah khawatirin gue, jadi tersanjung gue."

"Anything untuk bidadari,"

Vella terkekeh lagi, "Eh nggak belajar ya?"

"Tahu tuh, ibu Neni kayaknya ganti pembalut. Lama banget di kamar mandi, berak nya kagak kelar-kelar palingan."

"Hahaha, ada-ada aja deh,"

Hening,

"Hallo?"

"Eh, ada guru Vel, kita matiin ya."

KAVIAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang