BAG - 72

159 14 0
                                    

UPDATE!!!
SELAMAT MEMBACA DAN TERIMA KASIH MASIH SUDAH MEMBACA. KALIAN BENER2 HEBAAATTT 😭😭😭😭💜💜💜💜

"Apa yang lo lakukan kali ini, Lin?"

Rendahnya suara Pendrik membuat bulu roma Berlin berdiri. Darahnya panas, berdesir hingga terasa menyakitkan.

"Pen.."

"Lo apain lagi Vella?" tanya Pendrik lagi. Perlahan-lahan ia melangkah mendekati cewek yang masih setengah ketakutan karena Kaviar itu.
"Pen, ini nggak seperti yang lo denger. Vella baik-baik aja, gue beneran berani sumpah."

TAP!!

Kedua telapak tangan Pendrik menempel keras tepat disebelah telinga Berlin. Cewek itu seketika berdebar, ia sangat takut sekarang.

"Gue udah bilang, jangan usik dia lagi."

"Kenapa?" tanya Berlin pelan, "Kenapa gue nggak boleh usik dia lagi?"

Gemertak gigi-gigi Pendrik terdengar memilukan. Cowok itu menatap Berlin sangat tajam.

"Gue udah bilang berapa kali sama lo, yang punya urusan sama Vella itu gue. Jadi bisa nggak lo tetap diam sampai semua selesai?"

"Selesai gimana? Selesai sampai gue akhirnya kehilangan lo juga?"

Berlin menegakkan kepalanya, ia menatap Pendrik dengan sendu, ada kilat kemarahan yang berapi-api dari manik mata cantik itu. Suasana didalam sana tampak hancur, tembok-tembok kekuatan yang selama ini Berlin bangun runtuh bak diguncang kenyataan pahit.

"Gue kehilangan Kaviar cuma buat milikin lo seutuhnya. Apa itu salah dimata lo?"

"Lo banding-bandingin dia sama gue lagi, hah?" Pendrik tiba-tiba menekan rahang Berlin keras, "Gue jelas berbeda sama si brengsek itu!"

"Lepasin!"

"JAWAB GUE, LO APAIN LAGI VELLA SEKARANG? APA NGGAK BISA LO BIARIN DIA TENANG UNTUK SEKARANG? LO UDAH DAPETIN GUE DAN LO UDAH HANCURIN HUBUNGAN GUE SAMA DIA. APA ITU BELUM CUKUP BUAT BIKIN DIA TERLUKA?"

"BELUM!!"

Kekuatan Berlin kembali, ia mendorong tubuh Pendrik dan mencoba untuk memenangkan pertandingan ini.

"Gue belum bisa tidur nyenyak kalau dia nggak pergi dari kehidupan lo dan Kaviar. Lo nggak tahu kan semenderita apa gue selama kami sama-sama. Gimana gue diperlakukan kayak babu cuma karena ketenaran dia di sekolah kita. Gue belum puas ngelihat dia terluka sampai dia ngerasain titik dimana gue benar-benar terpuruk hingga sulit berpijak sendiri lagi."

"Gue mau dia merasakan penderitaan yang selama ini gue rasakan sampai dia ngerasa mau mati!!"

PLAKK!

Layangan tangan Pendrik mampu membungkam Berlin yang spontan mengusap pipinya yang perih. Cewek itu terdiam, mebatap Pendrik dengan tatapannya yang lelah. Siapapun tidak akan mungkin sanggup berada diposisinya saat ini.

Berlin akhirnya menangis, sekuat apapun ia mencoba untuk tegar, semuanya percuma. Jika Vella saja bisa menangis dan terluka, begitupun juga dia. Ia dan Vella itu sama-sama perempuan, tapi kenapa diperlakukan berbeda.

"Lo nampar gue?" lirihnya. Pendrik hanya diam.

"Lo bilang lo sayang sama gue dan nggak akan nyakitin gue? Ini yang lo bilang nggak akan nyakitin gue???"

Histeris Berlin membuat Pendrik menghela napas pelan. Cewek itu tiba-tiba saja memukul Pendrik dengan tinjuan tak berartinya. Ia menangis, menumpahlan semua yang ia rasakan selama ini. Ia tidak senang menjadi kekasih Pendrik dibawah bayang-bayang Vella.

KAVIAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang