BAG - 41

277 22 0
                                    

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA BAHAGIA YAAAAAA 💜💜💜💜💜

PLEASE SUKA YA SUKA YA SUKA YAAAA, KLIK VOTE NYAAA KOMEN JUGA TERUS SHAREEEE 😭😭😭😭😭😭

VOTE DAN COMMENT NYA JANGAN LUPA YAAAA, SEMANGATIN AKU BUAT TERUS LANJUT SAMPAI TAMAT 😇😇😇😇

I LOVE YOU GUYSSSSS ❤❤❤❤🍁

Find me in the Instagram
@Rarasshiii_

⬆⬆⬆⬆⬆⬆⬆
Yuk berteman

⬆⬆⬆⬆⬆⬆⬆Yuk berteman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Den Pendrik udah pulang? Gimana keadaan nyonya?"

Mbok Deden menghentikan langkah Pendrik yang baru saja masuk tanpa mengucapkan salam kekediaman keluarga besar Damante itu. Pendrik melirik sekilas, lalu duduk disofa ruang tamu karena lelah.

"Lepasin sepatu gue."

Mbok Deden mengangguk pelan. Dia berjalan kearah Pendrik dan melakukan apa yang cowok itu minta.
"Mama udah stabil, udah dipindahin ke ruang rawat biasa."

"Oalah, alhamdullilah kalau kayak gitu. Itu nona Berlin ada di kamar kalau mau ketemu. Dia nggak mau makan dari tadi sore."

"Berlin disini?"

Mbok deden mengangguk lagi, "Iya tadi jam lima datangnya."

Buru-buru Pendrik berjalan kearah kamar tamu. Tanpa mengetuk pintu, cowok itu melenggang masuk kedalam kamar. Dia melihat Berlin terbaring diatas kasur, membelakanginya. Pendrik perlahan mendekat, lalu duduk dipinggiran kasur.

"Lin?"

"Hm?"

"Gue kira lo mati. Ngapain lo disini? Kenapa nggak ngabarin gue?"

Berlin menghela napas pelan, "Gue mau sendiri."

"Gue nggak suka lo acuh sama gue kayak gini. Ngomong sama gue atau gue nggak akan pergi."

"Gue capek, lagi nggak mau berantem. Mending lo pergi."

Pendrik tergelak tidak percaya, "Lo ngusir gue?"

"Iya."

"Wah!" Pendrik sudah tidak tahan. Dia langsung menyibak selimut yang sedang Berlin kenakan dan menarik cewek itu hingga duduk menghadapnya.

"Aawww! Sakit tau nggak!! Kenapa sih lo kasar banget?"

"Nggak usah banyak omong. Gue bener-bener nggak suka sama sikap lo sekarang."

Berlin menghela napas lagi, "Gue cuma mau sendiri doang sekarang. Kalau lo mau pergi silakan. Bukannya Vella udah ketemu?"

Vella lagi, Vella lagi. Rasanya Pendrik muak mendengar itu dari Berlin. Sekarang dia sedang tidak fokus untuk mendekati Vella dan merebutnya kembali. Terakhir mereka bertemu pun, Vella harus terluka saking takutnya. Dia tidak mau hal itu terulang lagi, setidaknya jangan sekarang. Toh dia juga sudah tahu dimana Vella tinggal dan bersekolah. Tempat yang Pendrik tidak sangka-sangka. Apalagi sekarang, Vella dikelilingi oleh penjaga berpangkat panglima dari sekolah musuh bebuyutanya sendiri. Akan sulit bagi Pendrik mendekati Vella sekarang.

KAVIAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang