BAG - 13

770 39 0
                                    

Happy reading guys.
Semoga sukaaaa 🌼🌼

"Iya, bun. Daritadi telpon Vero nggak diangkat, tapi kata pak Halim, teman Vella baik. Dia minta izin buat bawa Vella pergi. Ini Vero lagi nungguin Vella pulang,"

"Astaga, Vella selalu aja bikin bunda nggak tenang. Kabarin ya kalau Vella udah pulang. Suruh dia telpon bunda,"

"Oke bun, eh bentar. Itu kayaknya mereka deh."

Vero menjauhkan ponselnya dari telinga dan membuka gerbang selebar mungkin. Dia berdiri dutengah gerbang ketika sebuah mobil berhenti didepan rumahnya. Vella keluar dari mobil bersama Kaviar.

"LO JADI ADIK DURHAKA BANGET SAMA GUE YA, KEMANA AJA LO? LO NGGAK TAHU GUE SAMPAI TELPON BUNDA KARENA GUE TAKUT LO KENAPA-KENAPA, HUH?"

Vella yang baru saja turun menutup telinganya dengan kedua tangannya. Kalau malam-malam, sifat Vero yang sesungguhnya keluar. Kayak emak-emak sedang sakit gigi yang diganggu anak-anak main petasan.

"Eh, apaan sih? Suara lo sekarang melebihi Agnes Mo tau nggak tingginya. Sekalian aja pake Whistle lo teriak," kata Vella kesal. Dia langsung meninju perut Vero, membuat cowok itu mundur.

"Kurang ajar banget lo jadi adek, sini lo. Gue cekik lo," Vero menarik bahuVella dan menempatkan leher Vella diantara lengan dan sikutnya.

"BUNDAAAAA PSIKOPATNYA MAU BUNUH VELLA LAGI, lo lagi nelpon bunda kan? BUNDAAAAAAA,"

"Kemana lo?" tanya Vero kemudian.

Aura Vero kemudian mendingin kala matanya menatap Kaviar. Menyadari ada perubahan sikap dari Vero, Vella langsung menahan agar cowok itu tidak melakukan sesuatu terhadap Kaviar.

"Eh, gue nggak sepenuhnya salah ya disini. Siapa suruh lo bikin mood gue buruk pas mau nonton tadi?" Vella berkacak pinggang.

"Ya, tapi kan-"

"Huft! Bang, ini Kaviar, temen kelas gue. Kav, ini psikopat rumah gue. Namanya Vero, abang gue satu-satunya," kata Vella memperkenalkan Vero dan Kaviar.

Kaviar menghela napas pelan, tangannya terulur untuk menyalami tangan Vero. Sebentar tidak ada yang Vero lakukan, membiarkan tangan Kaviar mengambang di udara.

"Bang, sambut dong," tegur Vella. Vero akhirnya menyambut tangan Kaviar.

"Maaf, bang. Gue ngajak Vella keluar tanpa izin lo. Tadi gue udahizin sama bapak ini," kata Kaviar sopan sambil menatap Pak Halim. Vella tersenyum. Ternyata cowok ini bisa sopan juga.

"Lain kali temuin gue dulu kalau mau ngajak Vella keluar. Gue nggak bisa tenang kalau dia keluar tanpa sepengetahuan gue, trauma Vel-"

"Bang," Vero mengatup bibirnya saat Vella memotong ucapannya.

"Trauma?" Kaviar mengeja kalimat yang belum selesai oleh Vero.

"Nggak, nggak. Gue cuma nggak mau adek gue kanapa-kenapa. Dia kan juga baru disini."

Kaviar menggangguk pelan, "Kalau gitu gue balik dulu. Maaf sekali bang,nanti kalau gue mau ajak dia jalan lagi, gue izin sama lo," Kaviar kembali ke mobilnya.

Perasaan Vella tidak karuan, cewek itu tiba-tiba jingkrak-jingkrak didepan Vero saat mobil Kaviar sudah pergi.

'Yes! Ini nggak akan jadi yang terakhir! Dia akan jalan-jalan lagi dengan Kaviar'

PLETAK!

Vella seketika diam saat merasakan ada sentilan yang mengenai dahinya. Vero menatapnya aneh kala itu.

"Sakit,"

"MASUK!"

Vella berlari masuk meninggalkan Vero.

KAVIAR [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang