Escape Route

26.8K 4K 80
                                    

"Dasar bocah tolol." Aruna mengumpat di sela tawanya yang tertahan. Sebenarnya ia bisa saja tertawa sekencang yang ia mau. Namun, gadis itu masih menghormati suasana 'berduka' atas hatinya yang kini pecah menjadi kepingan.

Sejak setengah jam yang lalu, Aruna disibukkan dengan kegiatan yang lebih menarik dibanding meratap dan menangisi 'poor unfortunate souls' dalam dirinya, yaitu, menikmati pertunjukan seorang sugar baby level magang, yang tengah mencoba menggoda seorang wanita di ujung bar.

Pertunjukkan yang ia saksikan menjadi lebih menarik saat kedua tokoh utama tiba-tiba bertukar peran. Dia yang semula berperan menjadi 'penggoda' kini berbalik menjadi objek yang 'digoda'.

Aruna nyaris terbahak begitu mendapati wajah si lelaki yang mendadak berubah pucat. Lelaki itu—Sean, terlihat risi ketika wanita yang jelas berusia lebih tua darinya—bahkan lebih tua dari Aruna—itu mulai menggerayangi beberapa bagian tubuhnya dengan tatap menggoda.

Sean mulai tak fokus dengan tujuannya semula. Matanya bergerilya ke sana-kemari, mencari bala bantuan, mencari Farhan yang tiba-tiba menghilang dari jarak pandangnya.

Namun, alih-alih Farhan, manik matanya justru bertemu dengan milik Aruna.

Aruna refleks mengalihkan pandangan ke arah lain.

Beberapa minggu yang lalu, ia pernah mendapati jenis tatapan yang sama dari orang yang juga sama. Jenis tatap memelas, serupa anak kucing yang minta diselamatkan dari jebakan pemburu hewan.

"Bukan urusan gue." Aruna mengedik sembari bergumam, tak mau menyaksikan apa yang terjadi selanjutnya pada bocah itu.

Aruna meraih gelas cocktail-nya, menyesapnya perlahan saat tanpa sadar ia malah kembali mencuri tatap ke arah yang seharusnya ia hindari. Gadis itu mencoba mengalihkan fokusnya pada layar handphone. Namun rupanya hal itu tak cukup membantu. Aruna masih, dan terus saja melirik ke ujung bar.

'Oh, please, Aruna. Jangan lagi...'

Seperti tak mengindahkan suara hatinya, Aruna bangkit dari bar stool, untuk kemudian melangkah menuju Sean, menanggalkan logikanya yang semakin menjerit minta diperhatikan.

"Permisi. Kamu Sean kan?" tanyanya saat sampai di ujung bar, menginterupsi 'kegiatan' yang tengah dilakukan Sean dengan wanita di sebelahnya.          

Menjawab pertanyaan Aruna barusan, Sean mengangguk kuat-kuat. Wanita itu dapat melihat perubahan drastis dari ekspresi bocah di hadapannya, seakan ia adalah malaikat penyelamat yang sudah sejak tadi dinantikan kehadirannya.

Aruna melirik sekilas ke arah wanita yang tadi menjadi 'target' Sean, kemudian maniknya kembali berpindah ke arah cowok itu. "Kayaknya kamu salah orang, deh. Saya Aruna, yang kemarin buat janji sama kamu untuk ketemu di sini," dustanya.

"Ah!" Sean menepuk pahanya sendiri, seakan baru menyadari 'kekeliruannya'. "Aku pikir Tante yang ini itu... Tante Aruna," tanggapnya sembari menunjuk wanita di sampingnya yang kini balik menatap Sean dengan tatapan bingung.

Sebelah mata Aruna berkedut usai mendengar Sean menyebutnya dengan panggilan, 'Tante Aruna'. Kalau bisa, saat ini juga, gadis itu ingin sekali melempar sesuatu ke kepala anak itu.

"Bisa pergi sekarang?" tanya Aruna, rautnya terlihat gusar.

Sean kembali mengangguk kuat-kuat. "Bisa, bisa!"

"Lho? Gimana sih? Katanya kamu mau nemenin aku sampe pagi. Kok malah pergi?" Wanita di samping Sean terdengar tak terima. Sebelah tangannya masih melingkar di pinggang Sean, seakan tak mau melepas bocah itu.

Aruna memutar kedua bola matanya dengan malas. Here we go again... pemandangan dan ucapan wanita di hadapannya ini berhasil membuatnya déjà vu.

Sugar AuntieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang