Everything I Need

21K 3.2K 72
                                    

Ada yang berbeda dari apartemen Aruna pagi ini.

Saat Aruna memasuki ruang makan, ia sedikit terkejut mendapati Sean yang masih berada di sana, menelungkupkan wajahnya pada meja counter, seakan tak berhasrat untuk melakukan apa pun.

"Tumben kamu jam sembilan masih di sini, biasanya dari subuh udah ngilang kayak ninja."

Perlahan Sean mengangkat kepalanya. Begitu mendapati Aruna sudah berdiri di sampingnya dengan setelan baju tidurnya yang kusut, cowok itu balik bertanya, "Tante nggak kerja? Ini Senin kan? Pantesan sarapannya utuh. Aku kira udah berangkat."

"Hari ini saya cuti."

"Cuti patah hati?"

"Jangan tanya-tanya dulu, deh. Saya lagi nggak mood ngomong sama manusia. Mau ngomong sama ikan aja."

"Barusan itu yang ngajak ngomong duluan siapa?" Sean protes. Sudah mood-nya sedang tak baik, wanita yang berusia sembilan tahun di atasnya ini malah menambah daftar panjang kekesalannya. "Emang aku keliatan kayak ikan ya? Makanya Tante mau ngomong sama aku?"

Aruna duduk di atas bar stool, tepat di hadapan Sean. Gadis itu menopang dagu dengan satu tangan di atas meja sembari menelusuri raut kesal lelaki di hadapannya. "Duileh, sensi banget sih."

"Aku lagi PMS," Sean asal menyahut.

"Mana ada laki-laki bisa PMS! Kamu mending cepet-cepet tobat deh. Otak kamu kayaknya mulai korslet."

"Kalo hidupku begini terus, otakku kayaknya bakalan beneran korslet." Sean mengacak rambutnya frustrasi. "Tante beneran nggak ada niat buat hire aku jadi sugar baby aja? Rasanya satu Jakarta udah aku kelilingin, tapi tetep aja nggak ada yang mau nerima aku kerja."

"Sekali lagi kamu tanya begitu, saya nggak akan segan buat nyumpel mulut kamu pake smoothies brokoli!"

Ancaman Aruna nyatanya berhasil membuat Sean bungkam. Cowok itu kembali melipat kedua tangannya di atas counter, kemudian membenamkan kepalanya di sana.

"Kan waktu itu kamu sendiri yang bilang, hari gini nyari kerjaan nggak gampang. Baru juga dua minggu. Sabar dikit lah. Lagian, bukannya hari ini kamu udah mulai kuliah ya?"

Sean menggeleng, masih dengan posisi kepala yang menelungkup. "Hari pertamanya besok. Aku nggak ngambil mata kuliah hari Senin. Nggak suka hari Senin."

"Duh, ni anak ribet amat, sih?" Aruna berdecak sebal. "Banyak banget yang nggak kamu suka. Smoothies, Avatar, supermarket, terus hari Senin. Punya masalah hidup apa sih kamu?"

"Banyak!"

Sean melompat turun dari bar stool. Usai mencomot satu potong roti isi yang tersaji di atas counter, cowok itu melangkah menuju lemari pendingin untuk mencari sebotol soda.

"Tan, minta cola," izinnya dengan mulut yang masih penuh.

"Masih pagi udah minum cola. Mules tanggung sendiri ya!"

Sean tak menyahut. Cowok itu sibuk menandaskan roti isi dan sebotol sodanya sembari bersandar pada kabinet pantry.

Aruna mengembuskan napas berat. Kepalanya penuh dengan skenario cutinya hari ini. Well, selama beberapa hari terakhir, Aruna memang sedang jengah dengan pekerjaannya. For God's sake, ia sangat suka bekerja, dan mencintai pekerjaannya. Namun, rentetan hal yang akhir-akhir ini berebut meminta atensinya, seperti pernikahan Levin, dan munculnya Sean di kehidupanya, membuat gairah Aruna untuk mencapai sesuatu menjadi hilang nyaris tak berbekas. Termasuk dalam urusan pekerjaan.

Sugar AuntieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang