Let's Not Fall in Love

20.1K 2.9K 90
                                    

Dari sekian banyak hal yang bisa Aruna lakukan, memasak bukan salah satunya.

Well, sebenarnya bukan sama sekali tidak bisa sih. Ada beberapa menu yang memang ia kuasai, namun, untuk explore dan mencoba lebih dari itu, Aruna benar-benar tak berminat. Bagi wanita itu, memasak bukan sesuatu yang menyenangkan.

Namun hari ini menjadi lain. Aruna rela meluangkan waktunya untuk melakukan hal yang tak ia senangi itu. Bangun lebih pagi dari biasanya, kemudian mencari bahan-bahan makanan yang bisa ia olah sembari berguru pada... youtube.

"Tante ngapain?"

Suara dari balik punggungnya membuat Aruna sedikit tersentak. Ia lantas berbalik dan mendapati Sean tengah berdiri tepat di hadapannya dengan kaus berlogo Nirvana yang cukup sering cowok itu kenakan. Gerakan Aruna yang tiba-tiba, tak sempat membuat cowok itu mundur. Alhasil, keduanya pun berhadapan dengan jarak yang hampir tak bersisa.

Aruna refleks mendorong dada Sean. "Jangan deket-deket!"

"Sorry," balas lelaki itu sembari menyugar rambutnya yang berantakan pasca bangun tidur. Sean kemudian mematrolikan pandangan pada kondisi kitchen set yang... cukup berantakan. "Tante mau bikin sarapan? Kok nggak bilang kalo hari ini berangkat lebih pagi?" Ia mengambil alih spatula yang semula berada dalam genggaman Aruna.

"Siapa yang mau berangkat lebih pagi? Saya cuma mau masak."

"Masak apa?"

Aruna merebut kembali spatulanya. "Cumi goreng bumbu kecap pedas yang kayak di youtube."

"Aku belum pernah masak menu itu. Tapi, Tante mau aku coba masakin?"

"Nggak ada yang nyuruh kamu masak. Saya yang bakal masak sendiri."

"Emang bisa? Tumben..."

"Bisa-bisain aja. Tapi kamu mau kan, makan dari hasil masakan saya nanti? Nggak takut sakit perut, kan?"

Sean terdiam beberapa detik. Otaknya berusaha mencerna maksud perkataan Aruna. "Tante... mau masakin aku?"

"Iya." Aruna mengangguk. "Berhubung hari ini kamu pertama kali masuk kerja, sekalian aja saya bikinin buat makan siang. Nanti kamu bawa ya pas ke kampus. Kalau dimakan malem, takutnya udah nggak enak."

Sean diam lagi. Kedua mata bulatnya memandang Aruna penuh arti. "Tante naksir ya sama aku?"

"NGGAK USAH KEPEDEAN!!" Aruna mengangkat spatulanya tinggi-tinggi, bersiap menghadiahi bocah itu dengan satu pukulan di kepala. Namun, belum sempat hal itu terjadi, Sean telah lebih dulu kabur menuju meja counter.

"Ampun deh! Ganas amat sih..." ledeknya sembari duduk di atas bar stool. Kedua sikunya bertumpu di atas counter, sementara kedua tangannya menopang dagu. Dari tempat duduknya, Sean dapat menyaksikan Aruna memasak dalam jarak 'aman'.

Aruna mendengus kasar di sela kegiatan menumisnya. "Ngapain malah duduk di situ? Mending kamu siap-siap deh. Kamu kuliah pagi, kan?"

"Itu bisa nanti. Sekarang aku mau nontonin Tante masak dulu." Sean menggoyangkan kepalanya ke kanan dan kiri, persis seperti anak kecil yang antusias menyaksikan kartun favoritnya. "Atau Tante mau aku peluk dari belakang waktu lagi masak? Biar romantis, kayak di film-film."

"Coba aja kalau berani. Tapi jangan salahin saya kalau nanti kepala kamu benjol gara-gara saya timpuk pake talenan." Aruna melayangkan serbet makan ke arah Sean yang refleks ditangkap oleh cowok itu. Detik berikutnya, suara tawa Sean yang khas kembali memenuhi seisi dapur.

Melihat Sean tertawa, Aruna tanpa sadar ikut-ikutan menarik kedua sudut bibirnya ke arah berlawanan. Namun senyumnya tak bertahan lama. Perkataan Maura di telepon kemarin tiba-tiba kembali berdengung di telinganya, membuat wanita itu lantas mempertanyakan... apa benar ia dan Sean memang tidak ada 'apa-apa'?

Sugar AuntieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang