Apakah cinta dan sakit itu memang datangnya sepaket?
Mengapa untuk jatuh cinta, aku harus merasakan sakit yang juga turut serta?Ini salah, harusnya rasa yang kumiliki untuk Mas Roland tidak boleh berkembang sejak awal.
Akan tetapi, itu sama sekali tidak mudah.Wanita mana yang mampu menolak pesona seorang Roland? Meski awalnya kutahu dia bukan lelaki normal, tapi lambat laun, seiring kebersamaan kami, perubahan sikapnya, dan tanggung jawabnya membuatku melupakan fakta tentang itu semua.
Hingga saat rasa itu harus kucabut secara paksa, sakitnya luar biasa.
Udara pagi ini cukup untuk mendinginkan kepalaku yang seolah berasap sejak semalam. Lalu lalang pejalan kaki dan pengendara yang mulai beranjak mencari nafkah turut mewarnai pemandangan.
Kuteguk air putih dari botol minum yang hanya tinggal setengah.
Mengabaikan kemungkinan soal Mas Roland yang akan mencariku karena tidak menyediakan secangkir kopi dan sepiring sarapan. Aku bergegas keluar rumah satu jam sebelum fajar menampakkan sinarnya. Berlari mengelilingi kompleks perumahan yang sekiranya tidak akan dilewati Mas Roland ketika dia berangkat kerja.Apakah aku akan terus menghindar? Entah. Sampai kapan? Aku juga tidak tahu. Yang jelas, hati ini ingin menjauh untuk sementara waktu. Menata kembali benteng yang sudah sejak lama runtuh bahkan sebelum selesai kubangun. Akibat perlakuan Mas Roland yang tiada henti melambung dan mengempaskannya secara berulang kali.
Kulangkahkan kaki kembali pulang, setelah yakin jika saat ini sudah lebih dari setengah jam dari waktu biasanya Mas Roland berangkat ke kantor. Butuh waktu dua puluh menit hingga aku sampai di rumah. Dua puluh lima menit hingga benar-benar sampai di teras halaman.
Namun ... seolah percuma aku menghindar sejak pagi buta, jika pada kenyataannya, saat ini mini cooper berwarna yellow kembali terparkir di sana.
Aku kembali merasakan hal seperti semalam. Ingin kukutuk rasa cinta yang secara tidak tahu diri telah berlabuh pada orang yang salah.
Inikah yang disebut runtuh sebelum berdiri secara utuh?
Atau ... gugur sebelum berkembang?
Apa pun istilahnya, aku mengheningkan cipta untuk diri sendiri.Haruskah aku masuk ke dalam lalu menyapa Mas Roland dan Audrina?
Bagaimana kalau ternyata keduanya tengah bermesraan seperti semalam di dapur? Atau lebih parahnya di sofa?"Kamu yakin, Roland?" Suara itu menyentakku dari kebimbangan.
Kubawa diri untuk bersembunyi di balik pohon palem dalam pot besar yang cukup rimbun di samping teras.
"Saya tidak punya pilihan lagi, Audrie ...." Mas Roland terdengar lemah sekali. Apakah pesona Audrina sangat kuat, hingga nada suara Mas Roland yang biasanya tegas dan sinis saat berbicara denganku berubah setelah bersama wanita itu?
"Baiklah. Kita berangkat sekarang." Suara heels dan pantofel yang mengetuk lantai terdengar begitu jelas. Namun satu hal yang membuatku sedikit penasaran, yaitu suara roda koper yang mengiringi langkah mereka berdua.
Kuberanikan diri mengintip setelah mereka hampir mencapai ujung teras. Benar saja, koper hitam berukuran sedang tengah digeret Mas Roland. Jadi, suamiku itu memang benar-benar akan pergi bersama Audrina?
Baguslah. Dengan begitu aku tidak perlu repot-repot untuk menghindar.
***
Hal pertama yang kulakukan ketika sampai di dalam rumah adalah termenung. Menatap ruang tengah dan dapur secara bergantian. Kedua tempat itu memiliki kenangan yang berbeda. Di mana, Mas Roland menyakiti fisik dan hatiku dalam kurun waktu yang berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. G
Romansa18+ Tita butuh uang, dan Roland menawarkan sebuah pernikahan dengan uang sebagai imbalannya. Sejak awal Tita tahu kalau Roland seorang gay, tapi menurutnya tak apa. Toh yang dia butuhkan hanya uangnya saja. Pernikahan mereka hanya atas dasar simbios...