Demi apa, sih, aku bisa nulis ekstra part dalam semalam?!
Ini karena aku bahagia udah bisa namatin cerita ini. Huu huu. 🤧
Thank you buat kalian semua yang udah setia nungguin cerita ini.
3ribu word lebih buat ekstra part. Mantap nggak, tuh? 😋...
...Entah sudah berapa kali Tita menghindar untuk berduaan dengan Roland. Pasalnya, lelaki itu seolah mampu menelanjanginya hanya dengan tatapan saja.
Sudah satu bulan sejak pengakuan cinta keduanya. Audrina dan George juga sudah pergi dari rumah itu atas perintah dari Roland yang seakan-akan tidak tahu terima kasih. Akbar bahkan dilarang untuk datang jika bukan karena atas perintah Roland. Itu merupakan ide agar lelaki yang baru mengenal cinta tersebut bisa lebih lama berduaan dengan wanita pujaan hatinya. Menurut Tita, semua itu sangat menggelikan!
"Oke, jadi untuk langkah awal, bukankah kita harus tidur dalam satu kamar?" Itu sudah ke sekian kali Roland mengungkapkan keinginannya.
Tita tahu Roland sedang modus.
"Kenapa harus dimulai dari tidur, sih? Kita masih bisa ketemu setiap hari tanpa tidur sekamar, kan?" Bukannya tanpa alasan, Tita masih belum siap jika harus lebih sering berkontak fisik dengan Roland. Hanya ditatap dengan pandangan memuja saja sudah mampu membuat jantungnya berdebar-debar. Apa lagi sekamar?
Roland mendengkus sebal. Saat ini mereka sedang berada di depan televisi. Duduk berselonjor kaki dengan punggung bersandar pada sofa. Keduanya memegang cangkir dengan isi yang berbeda. Roland kopi, sedangkan Tita, cokelat hangat.
"Kamu terus menghindar jika saya masih ingin berduaan." Roland kini beralasan.
"Ya, habis, Mas kalau lihatin aku udah kayak predator mau mangsa buronan."
"Apa? Kamu menyamakan saya dengan predator?"
Tita hanya mengedikkan bahu, lalu pandangannya kembali fokus pada drama China bergenre komedi romantis di televisi. Tita tertawa meski tidak terlalu keras ketika mendapati adegan yang menurutnya lucu.
Roland baru tersadar jika tontonan Tita bukan lagi serial kartun.
"Sejak kapan kamu nonton yang begituan? Biasanya kartun."
Tita menoleh. "Sejak kenangan buruk sewaktu sama Mas. Aku kalau nonton kartun pikirannya jadi ke mana-mana. Termasuk hal buruk yang Mas lakukan sama aku, dulu." Tita berucap seolah tanpa beban. Ia kembali mengalihkan pandangan pada televisi, lalu menyeruput cokelat hangatnya.
Roland terdiam dengan ucapan itu. Sadar akan perbuatannya yang sangat kejam selama ini, dirinya tidak mampu lagi berkata-kata. Mungkin kata maaf yang ia dapat dari Tita adalah sebuah keajaiban. Setelah semua yang wanita itu terima, ia masih mau memulai semuanya dari awal. Jika itu wanita lain, mungkin tidak akan sudi untuk menerima lelaki bejat sepertinya.
Roland banyak berpikir sampai baru menyadari jika Tita sudah mengantuk. Kepalanya perlahan-lahan terkulai dan bersandar pada bahunya.Roland tertegun. Hal itu selalu terjadi setiap ia melihat Tita dari dekat. Bulu mata yang panjang dan lentik, hidung kecil tapi mancung. Pipi yang gembil dan juga halus. Ditambah dengan bibir kecilnya yang penuh. Roland bisa gila jika harus berlama-lama menahan hasrat untuk tidak memeluk dan menciumnya.
Walau bagaimanapun, Roland itu lelaki yang sekarang sudah sepenuhnya menjadi normal. Bohong jika dirinya tidak memiliki keinginan untuk lebih sering melakukan kontak fisik dengan Tita. Walau hal itu berbanding terbalik dengan Tita sendiri.
Cukup lama membiarkan Tita tertidur di bahunya, Roland mengangkat tubuh yang dulu mungil dan kini sudah berubah menjadi berisi itu untuk membawanya ke kamar. Bukan hal sulit bagi Roland. Karena lelaki itu masih kuat untuk mengangkat beban dua kali dari berat badan Tita sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/255274436-288-k252776.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. G
Romance18+ Tita butuh uang, dan Roland menawarkan sebuah pernikahan dengan uang sebagai imbalannya. Sejak awal Tita tahu kalau Roland seorang gay, tapi menurutnya tak apa. Toh yang dia butuhkan hanya uangnya saja. Pernikahan mereka hanya atas dasar simbios...