Roseline masuk ke dalam ruang rawat Tita. Tidak peduli dengan keadaan tubuhnya yang masih berkeringat karena perjalanan jauh Jerman-Indonesia yang memakan waktu selama berjam-jam. Ia hanya ingin memeluk keponakannya yang kini terlihat rapuh tak berdaya.
Tita baru saja selesai makan siang dan meminum obat. Dibantu perawat yang telah selesai dan hendak keluar ruangan. Perawat yang disewa Fathan untuk menjaga Tita itu hendak mencegah, tapi urung ketika melihat Fathan di luar pintu terlihat mengangguk padanya.
Roseline berjalan melambat. Dadanya bergemuruh melihat sosok Tita yang pucat dan bertubuh seperti anak baru beranjak remaja. Mungkin saat ini berat badannya tak lebih dari empat puluh kilogram saja.
"Tita ...." Dengan perlahan Roseline mendekat. Ia takut akan reaksi Tita. Karena menurut cerita Fathan, Tita sekarang sulit untuk didekati. Entah jika dengannya.
Tita mengerjap pelan. Rambut hitam panjangnya yang tergerai di bahu melengkapi penampakannya sebagai seorang pesakitan.
"Mama ...." Tita bergumam dan dapat didengar oleh Roseline. Tanpa ragu lagi, wanita setengah baya itu langsung memeluk Tita. Tangis yang ia tahan sejak tadi pada akhirnya luruh juga
"Mama ...?" Tita kembali bergumam. Meski tidak membalas pelukan, ia juga tidak menolak.
"Iya, Sayang. " Roseline mengangguk, sembari mengelus bahu ringkih Tita. Fisik dan paras Roseline yang sangat mirip dengan sang adik pasti membuat Tita salah mengira. Atau mungkin ini salah satu efek depresi yang dialami Tita, sehingga menganggap Roseline sebagai mamanya. Lupa akan satu hal, bahwa mamanya telah tiada.
Tita balas memeluk erat, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Roseline yang tertutup jilbab. Ia menghirup aroma Roseline dalam-dalam. Merasakan hangat dan juga lega secara bersamaan. Saat itu, Tita baru menyadari, siapa sosok wanita yang ia peluk.
"Tante ...?"
Roseline merenggangkan pelukan, tapi kedua tangannya masih merangkum kedua bahu Tita.
"Tante Roseline?" Tita menyorot wajah Roseline. Mengamati tiap inci wajah tantenya yang sudah bertahun-tahun berpisah darinya. Roseline mengatupkan bibir rapat-rapat, menahan isakan agar tidak lolos dari bibirnya. Hanya anggukan yang dapat ia beri sebagai jawaban. "Maaf, Tante ... waktu itu, Papa tidak menuruti Tante. Dia salah sudah menikahi wanita itu, Tante. Kalau saja Papa tidak menikahi dia, saat ini pasti dia masih hidup. Kami tidak akan bangkrut, dan aku, aku-aku ...." Tita tidak dapat melanjutkan kata-kata. Bayangan pernikahannya dengan Roland dan segala perlakuan yang ia terima selama ini terbayang bagai sebuah slide. Tita mendadak gelisah. Bola matanya tampak bergerak-gerak tak beraturan.
Roseline kembali memeluk Tita. Sesak di dalam dadanya yang tadi sempat hilang, kini kembali lagi. "Iya, Sayang. Sudah cukup. Tante memaafkan kalian. Tante tidak merasa gimana-gimana. Kamu tidak perlu minta maaf. Yang penting, sekarang kamu harus lekas pulih, ya. Tante sedih kalau lihat kamu seperti sekarang. Ini semua gara-gara Tante yang seenaknya pergi tanpa memedulikanmu lagi. Tante yang seharusnya minta maaf."
Tita menggeleng kuat-kuat. Air matanya yang sudah terasa kering nyatanya masih bisa keluar. Keduanya sama-sama menangis. Menyesali atas segala yang sudah terjadi.
"Jangan pergi lagi, Tante ... Tita takut sendirian ...."
Di depan pintu masuk, Fathan turut merasakan sesak dan haru dalam waktu bersamaan. Melihat kedua wanita yang amat ia kasihi kini sama-sama menangis dalam pelukan. Ia pikir, keputusannya memanggil Roseline tidaklah sia-sia.
***
Roland menatap cermin yang menampilkan setengah bagian tubuhnya. Mengamati fisik dan parasnya yang terlihat bak pangeran dalam cerita dongeng yang memiliki segalanya. Harta, tahta ... wanita? Untuk yang terakhir, Roland baru tersadar. Keadaan istana yang saat ini ia tinggali sudah seperti kuburan. Sepi, sunyi, hanya dirinya yang tinggal di sana sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. G
Romansa18+ Tita butuh uang, dan Roland menawarkan sebuah pernikahan dengan uang sebagai imbalannya. Sejak awal Tita tahu kalau Roland seorang gay, tapi menurutnya tak apa. Toh yang dia butuhkan hanya uangnya saja. Pernikahan mereka hanya atas dasar simbios...