Warning!!! ⚠️ Bab ini mengandung unsur dewasa!!
Juga merupakan puncak dari konflik. Membacanya, kemungkinan dapat menyebabkan sedih dan sesak napas.
Saya anjurkan, bagi yang pernah mengalami trauma akan pelecehan seksual, untuk menskip saja!!Tarik napas ... embuskan. Happy reading ...!
Bukan kali pertama aku merasa sendiri di saat orang lain memiliki keluarga yang saling peduli. Karena, hanya Akbarlah satu-satunya orang yang kupercaya dan bisa membantu saat ini. Tidak dengan Papa ataupun Fathan.
Kuremas ponsel yang baru saja kumatikan. Usai menghubungi Akbar untuk meminta bantuan.
Saat ini dia masih berada di Papua. Setelah kuceritakan dengan detail masalah yang terjadi, dia bilang akan segera pulang secepat mungkin.
Satu hal yang cukup mengusik relung hatiku. Katanya, Mas Roland pulang lebih cepat dari seharusnya karena akan menjemputku untuk ikut ke Papua. Kami akan menginap sedikit lebih lama. Menggantikan Akbar yang sudah lebih dulu di sana.Audrina sudah memberi tahu pada mereka berdua bahwa kesalahpahaman yang terjadi sudah berhasil ia luruskan. Oleh karena itu, Mas Roland ingin memulai hubungan bersamaku dengan benar dari awal.
Nyatanya, semua itu harus gagal bahkan sebelum dimulai. Ini semua gara-gara Leo dan Juan.
Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Usaha menjelaskan semua pada Mas Roland sudah gagal.
Untuk itu, Akbar bilang dia yang akan menyelesaikan kesalahpahaman yang sejak awal membelenggu pernikahanku dengan kakaknya itu. Aku hanya cukup diam dan menunggu.Kalau saja ... sejak aku mendapat perhatian dari Mas Roland yang ternyata tulus itu dan tidak berpikir palsu, mungkin hingga saat ini aku masih merasa bahagia.
Kalau saja ... ciuman pertama kami tidak terjadi setelah pertemuan dengan Audrina, mungkin hingga saat ini sensasi kupu-kupu berterbangan di dalam perut itu masih terasa ketika mengingat momen tersebut.
Kalau saja ....
Kugelengkan kepala untuk mengusir semua pikiran itu. Berandai-andai memang bukan sesuatu yang baik.
Lalu beranjak dari ranjang untuk mandi. Karena saat di rumah Fathan tadi, aku hanya cuci muka, tangan dan kaki. Sejak dulu, aku merasa kurang nyaman jika mandi di tempat yang belum cukup akrab untuk kudatangi. Meski itu rumah saudara sendiri.***
Kulirik jam di dinding. Pukul satu dini hari. Itu berarti sudah empat jam aku berdiam diri di ruang televisi. Menonton acara kartun yang sama sekali tidak bisa mengalihkan fokusku dari lamunan.
Hingga sekarang, Mas Roland belum juga pulang. Entah kenapa aku merasa harus menunggunya. Padahal, harusnya aku cukup menunggu Akbar seperti yang dia instruksikan tadi. Dia yang akan menjelaskan semua sedetail-detailnya pada Mas Roland esok hari. Aku hanya cukup diam saja.
Namun, semua itu tidak cukup membuatku tenang. Perasaan ini masih belum lega sebelum melihat Mas Roland pulang. Apa yang ia lakukan sekarang, dengan siapa, dan di mana?
Apakah dia benar-benar sedang bersama Leo?
Hal picik apa lagi yang lelaki itu coba lakukan sekarang?
Tunggu saja sampai Akbar yang bertindak. Akan kupastikan lelaki itu menerima ganjaran atas semua perbuatannya selama ini. Terutama pada Mas Roland."Saya masih bisa berjalan. Kamu kembali saja ke pos." Samar-samar kudengar suara dari luar.
Aku beranjak dan mengintip dari tirai jendela. Di luar Mas Roland sedang berbicara dengan satpam."Baik, Pak." Satpam itu segera beranjak meninggalkan Mas Roland yang terlihat sempoyongan.
Aku membuka pintu dengan perasaan yang tidak keruan. Antara khawatir dan juga takut. Bagaimana kalau Mas Roland mengamuk? Hal itu membuatku hanya mampu tertunduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Mr. G
Romansa18+ Tita butuh uang, dan Roland menawarkan sebuah pernikahan dengan uang sebagai imbalannya. Sejak awal Tita tahu kalau Roland seorang gay, tapi menurutnya tak apa. Toh yang dia butuhkan hanya uangnya saja. Pernikahan mereka hanya atas dasar simbios...