Jenni POV
Aku tidak membalas pesan dari Lisa lagi. Mengingat kejadian tadi siang membuatku kembali sakit. Aku belum bisa menerima takdir jika Lisa sudah memiliki keluarga.
6 tahun berlalu ternyata aku salah. Aku kira dia bakal merindukanku ternyata dia sudah bahagia dengan keluarga kecilnya.
Aku mendengar ponselku berbunyi dan kulihat itu Jisoo Unnie.
"Hallo Unnie.."
"Gue ng' mau tahu Lo harus datang makan malam nanti.. gue ng' nerima alasan apapun dari Lo.." ujarnya disebrang sana.
"Aku lagi ng' enak badan Unnie.." itu hanya alasanku karna memang aku tak ingin hadir.
"Ini demi menyambut kedatangan Lisa Jendeuk.."
"Aku tidak peduli.. lebih baik aku istirahat.."
"Gue ng' mau tahu Lo harus datang kalau ng' Gue ke apart untuk nyeret Lo.."
"Tap--"
Tut.. Tut.. Tut..
"Baiklah Jennie Kim.. anggap saja dia bukan Siapa-siapa lagi" gumanku pada diri sendiri.
Aku bersiap-siap membersihkan diri dan memilih baju yang harus aku kenakan.
Jam sudah menunjukkan 19.15 Kst.
"Sepertinya aku sedikit terlambat."
Aku mulai berjalan dimana mobilku terparkir. Butuh waktu 15 menit untuk sampai ke restaurant yang mereka maksud.
Setelah aku sampai aku menuju kearah ruangan VVIP. Aku tau Jisoo Unnie akan memesan ruangan VVIP agar tak ada yang menganggu obrolan kami nanti.
"Silahkan masuk Nona.." ujar salah satu pelayan membukakanku pintu ruangan itu.
"Hei Jendeukie.. Kufikir kau tak akan datang." Ujar Jisoo Unnie.
"Woaa Jennie Lo makin cantik aja.."
"Makasih Joy.." aku hanya melihat Jisoo Unnie, wendy dan Joy.
"Jisoo Unnie di mana Chaeng apa dia tidak hadir.."? Tanyaku.
"Dia lagi ke toilet sebentar." Jawabnya
Kami mengobrol tentang kesibukan kami. Kami tidak sering bertemu akibat kesibukan masing-masing dan seingatku terakhir kali bertemu dengan mereka mungkin 3-4 bulan yang lalu kecuali Jisoo Unnie manusia satu ini hampir tiap hari kekantorku.
"Apa Lisa tidak akan datang..?" Tanya Chaeng di selah obrolan kami.
"Dia sudah dekat.. beberapa menit yang lalu dia mengirim pesan." Ujar jisoo Unnie.
Jantungku semakin berdegup cepat. Aku tidak tau apa yang akan terjadi nanti. Aku berusaha terus tenang ketika mengingat kejadian tadi siang lagi. Hingga seseorang membuka pintu.