Tiiiiiinnnnnnggggg...
Cciiiiittttttt....
Suara Klakson dan decitan Rem terdengar begitu nyaring. Lisa hanya memejamkan matanya.
Apa ini yang Kau inginkan untuk tidak melihatku lagi J...
Brukkkk
Brukkkk
Suara benturan yang sangat keras menghatam indra pendengaran Lisa. Fikirannya hanya mengarah kepada Jennie. Benturan kepalanya pada stir mobil membuatnya tak bisa memfokuskan penglihatannya lagi. Semuanya terjadi begitu cepat. Mobil Audi R8 yang kini sudah hancur tak terbentuk. Suara teriakan yang mulai samar didengarnya.
"Cepat panggil ambulance." Teriak seseorang yang masih bisa didengarnya.
"Kau tak apa nak.. pertahankan kesadaranmu ambulance akan datang"
"Tolong Bantu aku untuk mengekuarkannya dari mobil ini.." teriak orang itu lagi.
Beberapa orang berlari kearah mobil Lisa yang kini sudah terbalik.
"Kita tidak bisa mengeluarkan begitu saja. Kakinya terjepit." Ujar salah satunya.
"Minta pertolongan cepat.. darahnya semakin banyak."
Keadaan semakin ricuh. Kaki Lisa yang terjepit membuat mereka kesusahan untuk mengeluarkannya sedangkan darah dikepalanya semakin banyak.
***Jeongyeon berusaha menenangkan Jennie yang sejak tadi terisak.
"Jennie.. udah yah.. cerita sama aku apa yang terjadi dan siapa dia..?"
"Hiksss... aku Bodoh Jeongyeon.."
"Kamu tidak bodoh.. udah yah.. kamu tenangin dulu fikiran kamu habis itu kamu bisa cerita sama aku." Ujarnya mengusap lembut kepala Jennie.
"Dengar Jennie.. aku ng' suka ngeliat kamu menangis.. jadi please cerita sama aku.."
Jennie menatap Jeongyeon sebelum dia menceritakan semuanya apa yang terjadi.
"Jadi siapa dia..?" Tanya Jeongyeon.
"Dia dulu calon tunangan aku.." jawabnya.
"C-calon tunangan..?"
"Iyaa... aku ke New Zealand waktu itu karena menghindarinya lebih tepatnya aku menenangkan fikiranku."
Jeongyeon mengerutkan Kenningnya menunggu perkataan Jennie kembali.
"Dia adalah teman kecilku dan kami bertemu kembali waktu SMA..."
Jennie menjelaskan semuanya bagaimana dia dengan Lisa dan bagaimana masalah itu tiba.