Jatinangor, Februari 2018 ...
Bersamaan dengan usainya masa liburan, Ran akhirnya kembali ke Jatinangor. Ia pamit menuju indekosnya dengan bus, menolak dengan keras ketika orang tuanya ingin mengantar dengan mobil.
Penghuni lain indekos rupanya banyak yang belum kembali. Shiwa dan Elya termasuk di antaranya. Shiwa belum mengabari kapan akan kembali ke Jatinangor. Sejak seminggu yang lalu Ran belum bisa menghubunginya. Entah sibuk apa sahabatnya itu di kampung halamannya. Mungkin ia keasyikan mengurus kebun kayu manisnya yang berhektar-hektar di sana. Sedangkan Elya mengabari akan kembali ke Jatinangor besok sore.
Ran jadi teringat pada Arkan. Mungkinkah Arkan akan muncul besok mengantar Elya. Memikirkannya membuat Ran terjaga. Ia merindukan Arkan. Merindukan perasaan tak nyaman namun menyenangkan yang ia rasakan tiap kali berada di dekat Arkan. Liburan dan jarak sementara di antara mereka agaknya berhasil membuatnya tenang.Esok harinya Ran pergi ke kampus pagi-pagi sekali. Namun entah sial atau beruntung, pagi itu pas sekali ada rapat kepanitian untuk acara Open House jurusannya. Ran yang awalnya sama sekali tidak berniat kembali terlibat dengan acara itu malah diseret oleh Danu untuk ikut rapat.
Untuk pertama kalinya jurusan Kedokteran kampusnya akan mengadakan semacam perkenalan singkat untuk adik-adik SMA sederajat yang berniat masuk jurusan Kedokteran di sini. Angkatan merekalah yang memprakarsainya. Kalau acaranya berjalan lancar, maka akan diteruskan secara turun temurun dan diharapkan bisa menjadi kegiatan wajib yang disetujui pihak jurusan nantinya.
Isi acaranya akan beragam. Mulai dari tur kampus sampai talk show dengan alumni. Panitia akan dikotak-kotakkan menjadi beberapa divisi. Nama Ran tahu-tahu saja sudah tertera dalam divisi HUMAS bersama Shiwa. Ia juga ditunjuk untuk menjadi mentor nantinya. Pasrah. Ran menerima tugasnya itu.
Toh, ini semester terakhirnya berada di jurusan ini ... ide yang bagus untuk menghabiskannya dengan sesuatu yang bermanfaat seperti ini.
-
Pulang dari kampus, bukan Arkan yang ia temukan di depan indekosnya, melainkan sosok ramping bersepatu hak tinggi dengan senyum cerah.
Rani.
Untuk sesaat Ran menatap bingung sekaligus kaget cewek yang sebenarnya tidak ingin ia temui itu. Kerutan dalam muncul di keningnya, ia mendekat, tak tahu bagaimana seharusnya menyambut kedatangan Rani.
“Hai. Pulang juga akhirnya ...” sapanya.
Ran memaksakan segaris senyum, “Hai. Mau ketemu siapa? Elya?”
Rani tersenyum penuh arti, “Aku mau ngobrol sama kamu. Ada waktu?”
“Aku?” alarm dalam kepala Ran menyala. Ia merasa ada sesuatu yang mencurigakan di balik kedatangan Rani. Untuk apa cewek itu perlu bicara dengannya? Mereka baru bertemu sekali dan tidak banyak yang mereka bicarakan terakhir kali.
“Sebentar. Yuk, ada tempat yang enak buat ngobrol?” Rani membuka pintu mobilnya, “Atau aku aja yang pilih tempat? Aku lumayan tau daerah sini karena aku juga lulusan kampus ini.”
Ran tidak bisa menolak. Ia mengikuti Rani menaiki mobil dan sesaat kemudian mereka sudah duduk berhadapan di sebuah kafe yang sepi. Ran tidak banyak bicara, hanya menjawab beberapa pertanyaan basa-basi yang dilontarkan Rani saja. Sampai akhirnya rasa jengah menekannya.
“Kamu mau ngomong apa?” Ran memberanikan diri bertanya lebih dulu, ia ingin cepat-cepat menyudahi pertemuan ini.
Rani mengulas senyum manis. “Kamu mungkin udah tau siapa aku?” Rani malah balik bertanya.
“Rani, kan? Kita udah kenalan di alun-alun.” Tentu Ran tahu bukan ini maksudnya, tapi demi menghilangkan gugup ia mencoba bergurau sedikit.
Rani mengangguk-anggukan kepala, senyumnya yang mulai terasa mengganggu kembali terbit. “Arkan pernah cerita soal aku ke kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMIT ATTACK [Selesai]
Teen FictionHalo, sebelum ketemu Ran dan Arkan, bisa follow aku dulu? Makasih~~ Arkan Halim baru putus cinta karena cewek yang dikencaninya selama bertahun-tahun selingkuh. Ranita Hanggini tak tahan lagi dengan orang tuanya yang selalu mendikte hidupnya. Sama...