Hari Ke-1
Hari pelaksanaan acara Open House akhirnya tiba. Sejak subuh Ran sudah berada di kampus-ia tidak butuh bantuan alarm untuk bangun pagi karena insomnianya. Tugasnya sebagai HUMAS sudah selesai, jadi ia punya banyak waktu luang membantu panitia yang lain. Sekarang ia sibuk membantu anak-anak DEKDOK memasang spanduk di halaman. Setelah spanduk terpasang, ia kembali membantu anak-anak peralatan mengangkut meja dan kursi untuk registrasi ulang peserta. Semua panitia terlihat sibuk hilir mudik ke sana ke mari sepagian ini.
Sekitar jam enam, panitia yang kebagian menjadi mentor dipanggil untuk pengarahan terakhir oleh penanggung jawab mentor. Beberapa arahan soal tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan diberikan sekali lagi pagi ini meski mereka sudah sering kali membahasnya saat rapat. Mulai dari menemani para peserta berbaris, memberi tahu ruangan-ruangan, menjelaskan segala macam benda yang ada dalam laboratorium lama ketika tur kampus, dan memberi kuliah kecil soal CPR di sesi mentoring.
"Asisten mentor tugasnya gimana?" tanya salah seorang.
"Untuk pembagian tugas antara mentor dan asistennya, kalian atur masing-masing aja, enaknya gimana per-pasangan. Tugas mentor silakan dibagi dua atau gimana, kayak yang gua udah sampaiin sebelumnya di rapat terakhir."
Ran kebagian asisten mentor bernama Ryan. Mahasiswa angkatan 2017 yang tubuhnya tinggi sekali hingga saat mereka berdiri Ran hanya sebatas pundaknya saja.
"Kita santai aja ya, Yan. Tong rariweuh." Ran menyodorkan tangan untuk berjabat.
Ryan menyambutnya, "Mohon bantuannya juga, Kak."
Arahan demi arahan terus disampaikan. Kebanyakan soal ketertiban peserta yang jumlahnya bisa dibilang membludak ini. Mereka cukup kaget ketika melihat antusiasme peserta yang mendaftar hingga terpaksa harus menutup pendaftaran lebih cepat dari waktu seharusnya. Sebelum benar-benar yakin acara ini bisa berjalan mulus dengan sistem yang sekarang mereka gunakan, mereka tidak bisa mengambil resiko dengan menerima terlalu banyak peserta.
Pukul setengah tujuh pelataran fakultas sudah dipenuhi ratusan peserta yang datang berhamburan. Para panitia Keamanan segera menyebar untuk menertibkan antrian yang mengular menuju meja daftar ulang. Para mentor sudah siap di posisi mereka, berdiri di depan lapangan dengan papan nomor kelompok bersama asistennya.
"Ayo-ayo kelompok 7! Lucky Seven!" Ran berseru bagai pedagang pasar Tanah Abang seraya mengangkat tinggi-tinggi papannya. Untuk sesaat ia tidak merasakan pening di kepalanya, mungkin terbawa euforia acara hari ini.
Suasana hiruk pikuk yang persis seperti pasar kaget terbentuk. Tiap mentor sibuk berteriak-teriak mengumumkan nomor kelompok mereka sama seperti Ran. Satu dua peserta tertawa, yang lainnya ikut-ikutan heboh, dan lebih banyak lagi yang mendadak ingin pulang melihat tingkah para mentor dan asistennya. Suara mereka sahut menyahut, semangat sendiri hingga para peserta khawatir kalau-kalau mentor mereka pagi ini salah makan obat.
Baru pada sekitar pukul delapan suasana menjadi lebih tenang. Registrasi ulang sudah selesai dan kini mereka akan mulai apel pembukaan. Para peserta akhirnya merasa lega melihat mentor mereka akhirnya diam. Sementara para mentor kini sibuk berdeham-deham karena tenggorokan mereka berubah kering seusai 'kampanye' kecil-kecilan barusan.
Danu selaku Ketua Pelaksana segera berdiri di podium pendek yang disediakan, siap memberikan kata sambutan untuk para peserta. Senyum mengembang, berusaha sebisa mungkin menyiratkan rasa terima kasih atas kehadiran semua peserta hari ini. Iringan bisik-bisik dari para peserta terdengar. Alasannya, Ran tidak yakin, tapi dari hasil mencuri dengar percakapan dua anggota kelompoknya, sepertinya mereka terpana karena paras Danu. Dasar perempuan!
Setelahnya sekretaris jurusan mereka memberi sambutan sebagai perwakilan dosen. Beliau adalah dosen paling rajin di jurusan mereka. Terlepas dari jabatannya sebagai orang kedua paling berkuasa di jurusan, beliau juga mengajar di kelas dan memegang bimbingan skripsi. Hebatnya beliau masih sempat meluangkan waktunya yang padat untuk acara ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMIT ATTACK [Selesai]
Fiksi RemajaHalo, sebelum ketemu Ran dan Arkan, bisa follow aku dulu? Makasih~~ Arkan Halim baru putus cinta karena cewek yang dikencaninya selama bertahun-tahun selingkuh. Ranita Hanggini tak tahan lagi dengan orang tuanya yang selalu mendikte hidupnya. Sama...