Kembali

1.9K 222 2
                                    

Juni 2020 ...

Ran mematut dirinya sekali lagi di depan kaca. Kebaya pink yang ia kenakan sudah tampak pas sekali membalut tubuhnya. Teman-teman satu indekosnyalah yang membantunya berdandan untuk hari spesialnya ini. Setelah empat tahun berjuang, jatuh-bangun, begadang setiap malam, menjadi langganan mimisan hingga menderita insomnia akut, akhirnya hari di mana semua usahanya itu akan terbayar datang. Bahkan Elya yang sudah sibuk dengan pekerjaannya sengaja mengambil cuti untuk ikut menghadiri wisuda Ran dihari Kamis.

“Cantik banget anak gua!” seru Elya sembari menjawil dagu Ran.

“Yeehhh Mbak! Jangan colek-colek nanti make up nya kehapus!” Lili menepis tangan Elya hingga siempunya mengaduh.

"Galak! Tukang riasnya aja biasa aja!" Cibir Elya sambil merangkul Ayu, si Tukang Rias yang dimaksud.

Lili mendelik, sambil sibuk memandangi rambut Ran yang sudah ia tata dengan cantik.

“Udah, yuk, yuk kita ke kampus! Cussss …” Elya membantu Ran membawa toga dan high heels yang belum ia kenakan. Hari ini Elya juga berdandan rapi karena ia akan masuk menggantikan Sandra menemani Anjas sebagai orang tua wisudawan. Saat pertama kali ditawari, ia sempat kebingungan, namun mendengar alasan bahwa ia sudah seperti keluarga untuk Ran, maka ia menyanggupinya tanpa banyak tanya lagi.

“Ayah lu di mana? Udah datang?”

Ran mengangguk. Ia membuka pintu mobil Elya ketika mereka sampai di parkiran auditorium kampus yang sudah ramai dengan mahasiswa berkebaya dan jas.

“Aduh … pakai toga lu!” Elya segera memakaikan toga di atas kebaya Ran di pinggir mobilnya, tidak peduli pada pandangan orang-orang yang menatap mereka risih.

Ran juga tidak protes, ia menurut saja ketika Elya merapikan jubah hitam itu.

“Itu Papa!” Ran menunjuk Anjas yang berdiri canggung di pelataran auditorium sendirian dengan jas rapi.

Elya dan Ran segera berlari menghampiri. “Halo, Om! Ini anaknya udah saya dandanin cantik banget!” sapa Elya.

Anjas memberikan senyum lebar yang baru pertama kali Ran lihat. “Yuk, masuk!”

-

Usai acara wisuda, Ran langsung diboikot oleh anak-anak jurusannya untuk foto bersama. Tak cukup satu pose, mereka mengambil puluhan bahkan ratusan foto dari mulai formal sampai yang paling konyol. Itu hanya sesi foto bersama, belum foto individu.
Karena kesal, Elya menarik Ran paksa dan meminta Bram yang datang sebagai fotografer untuk memotret mereka.

“Yang benar lu motoinnya!” Elya berseru galak.

Bram mendecih kesal. Ia dan Elya hanya bertemu sekali dulu di rumah sakit. Berani-beraninya cewek ini menyuruh dirinya seenak jidat. Tapi walau menggerutu, ia tetap menuruti permintaan Elya karena teman berfotonya adalah sahabat baiknya.

“Gantian kali!” Bram menyerahkan kamera di tangannya pada Elya dan merapat pada Ran. “Yang bener motoinnya! Awas aja kalau nggak bener! I’ll sue you!”

Ran tergelak melihat pertengkaran kecil keduanya.”Ayo cepat foto. Biar gua bisa cepat-cepat foto sama Papa!”

Elya mengambil foto Bram dan Ran dengan berbagai gaya. Ia bahkan mengarahkannya dengan semangat sampai Ran kewalahan dan memintanya berhenti.

“Om! Sini Om! Ayo foto!” Elya memanggil Anjas untuk berdiri di samping Ran. “Nahhh! Satu … dua … tiga!”

Bram ikut nimbrung melihat hasil jepretan Elya. Kepalanya menggeleng tidak setuju. “Let me.” Kini giliran Bram sibuk mengambil foto Ran dan Anjas berkali-kali.

SUMMIT ATTACK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang