Extra 2: Konsep Pacaran ala Ran (2)

1.7K 221 8
                                    

2017 ...

Ayu mengunyah kuaci yang baru saja ia kupas. Matanya fokus menatap layar lebar TV di depannya yang sedang memutar film The Conjuring 2, tapi kepalanya malah sibuk memikirkan urusan orang lain. Ia melirik Ran sekali, sementara filmnya telah sampai pada adegan Loreine Warren yang sedang menatap cermin.

"Lu tuh sama Arkan gimana, sih?" Tanya Ayu, yang berhasil mengalihkan semua pandangan  anak kosan dari penampakan perdana Valak, si hantu biarawati, di The Counjuring Universe.

Ran berhenti mengunyah kuaci, "Baik."

"Ya maksudnya kalian, nih, hubungannya apa?" Tanya Ayu gemas.

"Ya teman," jawab Ran seadanya.

Ririn memutar bola matanya malas, "Manéh téh meuni teu jelas. Temen macam apa yang tiap hari Minggu bela-belain dateng ke sini cuma buat ketemu kamu sebentar."

"Ih Arkan ke sini terus karena sekalian anter Elya." Ran tidak terima.

"Eh, nggak ada ya, sodara kandung yang mau anter-anter tiap minggu! Jelas itu cuma alasan." Ayu menimpali.

Film di layar terus berputar. Kini sudah sampai adegan klimaks, namun tidak ada lagi yang peduli, karena gosip selalu lebih menarik untuk didengarkan.

"Ya tetep aja aku bukan alasan prioritas dia ke sini." Ran mengelak.

"Tapi tetap salah satu alasannya. Itu poinnya." Shiwa nimbrung."

"Kenapa, sih, nanyanya itu terus? Emang aku sama Arkan harus banget ya pacaran?" Tanya Ran sibuk mengupas kuaci tanpa memakannya.

"Ya kenapa enggak?"

"Ya kenapa harus?"

"Ya kenapa nggak?"

"Ya karena Arkan nggak pernah nembak aku." Ran menggedikkan bahu.

"MASA?!" Ririn melotot tak percaya. Penghuni kosan lain juga melayangkan protes.

Ririn mengibaskan tangan. "Arkan payah!"

Ran mengerutkan dahi sedalam-dalamnya. "Kok jadi jelek-jelekin dia?"

"Tapi udah jelas banget dia suka sama kamu." Shiwa meraup semua kuaci yang sudah Ran kupas di atas meja dan melahapnya.

Ran menatap Shiwa kesal. Kuacinya yang susah payah ia kupas dan kumpulkan lenyap seketika ke dalam faring anak Jambi itu.

"Bener." Ayu manggut-manggut. "Mungkin lu yang kurang ngasih sinyal ke dia. Jadi dia nggak nembak-nembak lu. Padahal jelas banget lu suka dia."

Ran mengerjap. "Aku nggak akan bisa jawab kalo tiba-tiba dia mau jadi pacar aku."

"Teuing, ah." Ririn kembali menatap layar TV tapi  kembali berbalik dengan wajah kesal karena bagian kredit film sudah diputar.

"Kamu nggak menyangkal waktu Teh Ayu bilang kalo kamu suka Arkan," seloroh Shiwa masa bodo sambil mengunyah kuaci.

-

2021 ...

Arkan menghentikan mobilnya di garasi kecil rumah keluarganya. Di kursi penumpang Ran segera melepas sabuk pengaman yang ia kenakan.

"Udah bilang kan kalo aku mau dateng?" Tanya Ran kesekian kalinya.

"Udahhhh." Arkan menjawab untuk kesekian kalinya pula.

"Bukan apa-apa. Aku takut Ibu nggak masak gurame asam manis buat aku kalo kamu nggak bilang." Ran tertawa lepas.

Arkan ikut terpingkal. Bisa-bisanya cewek ini malah berharap tuan rumah yang ia tamui agar repot menyambutnya.

"Tamu kan raja. Gitu sih kalo kata pepatah." Ran menambahkan, masih dengan nada jenaka. "Eh eh tunggu!" Ran menghentikan gerakan Arkan yang akan turun dari mobil.

"Apa lagi? Kamu nggak nyium ini semerbak gurame asam manisnya?" Arkan mengangkat alis. Matanya mengikuti gerakan Ran yang dengan cepat turun dan memutari mobil. Tangan cewek itu lalu membuka pintu mobil di sebelahnya.

"Yuk turun." Ran menelengkan kepala yang membuat kaca matanya turun.

Arkan dengan senang hati menuruti Ran. Tangannya bergerak membenahi kacamata cewek di depannya itu. "Makasih udah dibukain pintu."

"Ekhem!" Ika berdiri di teras rumah, menyilangkan tangan di depan dada. "Ibu tungguin lama banget nggak masuk-masuk. Ternyata ..."

"Halo Ibu!" Sapa Ran riang. Ia melupakan Arkan begitu saja dan berlari kecil memeluk Ika.

"Halo Ran. Kamu baik, kan?" Ika mengusap pelan punggung Ran. "Yuk masuk."

Arkan mengekori dua perempuan dengan tinggi badan yang hampir sama itu. Di dalam mereka menemukan Lukman, ayahnya, sedang sibuk memberi makan ikan-ikan di aquariumnya. Ran nimbrung begitu saja di samping Lukman, menadahkan tangan agar ia juga diberikan kesempatan untuk memberi makan ikan.

"Ayah, biasanya aquarium cantik gini isinya ikan Mas Koki, ini kok malah gurame?" Tanya Ran sambil memandangi anak-anak ikan gurame yang berenang  di dalam aquarium.

Lukman mengangguk, "Buat aset masa depan. Kamu kan suka gurame."

Arkan di belakang mereka tertawa mendengarnya, juga Ran dan Lukman yang kini sibuk memandangi ikan yang melahap peletnya.

"Kalo udah gede, Ayah pindahin ke kolam belakang. Nah, kamu bantuin, ya." Lukman menoleh.

"Siap, kabarin ya Ayah." Ran mengacungkan jempolnya.

"Cocok!" Elya geleng-geleng kepala memandangi punggung Lukman dan Ran yang masih asyik dengan ikan.

Arkan nyengir, "Pinter ya aku nyari calon."

Elya mencebik, "Calon banget? Nggak pacar?"

Arkan menggeleng, "Nggak ada konsep 'pacar' buat seorang Ran."

"Lu-nya aja yang nggak pernah nembak dia!"

Arkan tidak terima, "Hey jangan asbun anda! Gua udah pernah nembak dia. Tapi jawaban dia lucu banget."

Elya mengangkat alis penasaran.

""Aku nggak ngerti peran pacar. Dan aku nggak suka konsep pacaran."" Arkan menirukan cara bicara Ran. "See? Dia beda."

"Ini sebenernya cuma redefinisi pacaran aja. Apa sih anak jaman sekarang nyebutnya, HTS?!" Elya mengangguk-anggukan kepala.

Arkan menggeleng tidak setuju. "Kita ada kok statusnya. Aku nih 'orang yang dia suka'"

Elya tidak mengerti. "Lu serius?!"

"Kenapa?" Gantian Arkan yang tidak mengerti karena Elya tidak mengerti.

"Asal kalian bahagia!" Elya menepuk-nepuk pundak Arkan lalu melengos pergi menuju dapur.

Sepeninggal Elya, Arkan mendekati Ran dan Lukman yang masih sibuk dengan ikan. Kupingnya menangkap percakapan soal budidaya ikan yang serius.

"Kalian seserius ini soal ikan gurame?" Tanya Arkan.

"Ide bagus tau, kan Ayah pensiun, daripada bengong." Ran mendukung.

Arkan mengangguk, "Iya, boleh. Tapi sekarang waktunya makan ikan gurame asam manisnya."

Ran memukul ringan lengan Arkan. "Jangan gede-gede, nanti mereka denger!" Ran menunjuk ikan-ikan gurame yang cuek saja berenang.

Lukman tertawa pelan. "Mari makan, mari makan."

Di meja makan Ika memberi Ran potongan ikan paling besar.

"Kamu koas masih lama?" Tanya Lukman.

"Masih setahun lagi, Yah. Habis itu aku baru resmi jadi Bu Dokter."

Ika tersenyum lebar. "Kalau resmi jadi bagian keluarga ini-nya kapan?"

Elya memandang geli ke arah Ran yang terlihat malu-malu di tempat duduknya.

"Aku harus lamar Ran dulu yang pasti," celetuk Arkan santai yang menambah rona merah di pipi Ran. []

.
.
.
Happy reading!
Voment nya ditunggu!
Love u💕
[20•12•21]

SUMMIT ATTACK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang