Penyusunan Ulang Strategi

1.1K 208 0
                                    

Februari 2020 ...

Ran mantap. Ia mengangkat koper besarnya dan keril sedang ke dalam jok belakang mobilnya. Anjas sudah menyalakan mobil sejak tadi, sekalian memanaskan mesin.

"Rumah udah dikunci semua?" Tanya Anjas pada Ran yang sedang menutup gerbang.

"Udah, Yah. Yuk, berangkat."

Tiga jam perjalanan ditempuh. Melewati jalan tol Purbaleunyi. Sepanjang perjalanan jantung Ran terus memompa cepat. Hingga Anjas harus menepi sejenak di rest area untuk memenuhi panggilang alam Ran yang menjadi reaksi rasa gugupnya.

Semakin dekat dengan tujuan, perutnya semakin tak karuan. Rasanya bagai ada tangan yang masuk dan mengaduk seluruh isi perutnya yang kosong itu. Jalanan tak asing yang menjadi pemandangan sehari-harinya selama tiga tahunnya terlihat. Lalu gerbang megah menuju kompleks sebuah lembaga pendidikan yang kini entah mengapa terlihat berbeda dengan pertama kali ia melihatnya empat tahun lalu.

Mobilnya berbelok ke pelataran sebuah rumah berlantai dua dengan warung nasi di depannya. Seorang wanita paruh baya yang sedang menyapu tersenyum lebar, cepat-cepat menaruh sapu lidinya dan menyambut mobil Ran.

Sampai sudah Ran. Di tempat ini sekali lagi. Sama seperti dua tahun lalu bersama Shiwa. Yang berbeda adalah kini ia datang sendiri, diantar Anjas, tanpa kehadiran Sandra namun membawa bersama sebuah tekad baru.

-

"Barudaaakkk!!" Suara keras seseorang terdengar dari lantai satu, bersama langkah terburu menaiki tangga. "Katanya si Ran balik ke sini, apa bener beritanya????"

Ayu. Mahasiswa yang tinggal di kamar tepat sebelah nongol di ambang pintu kamar Ran. Matanya seketika melebar melihat kamar yang sibuk, beberapa anak kosan lain terlihat sedang duduk mengerubungi cewek mungil berkaca mata yang entah bagaimana terlihat berbeda dari kali terakhir mereka bertemu.

"MasyaAllah! Bener kamuuuu!" Ayu serta merta mendekat, memeluk Ran yang sedang membongkar kopernya.

"Halo Teh Ayu!" Ran tergelak menerima pelukan erat itu.

"Udahan cutinya manéh?" Tanya Ayu.

"Si Ayu dateng-dateng ngehalangin orang aja ni. Kita duluan yang datang, kita juga mau denger ceritanya, manéh mundur sini."

Lili mendorong Ayu untuk duduk disebelah anak kosan lain yang sekarang berbaris rapi.

"Cerita apa, ih?" Tanya Ran bingung sendiri ketika disuruh cerita.

"Eh manéh teh nggak ngerasa bersalah apa tiba-tiba ilang cuma ngabarin aku cuti satu semester." Ayu nyerocos sebal. "Si Lili juga, satu kamar masa ditanya pura-pura nggak tau."

"Lho aku beneran ndak tau!" Protes Lili. "Aku capek jawabin teteh-teteh semua yang nanyain Mba Ran terus, padahal udah kujawab aku ndak tau. Ah, emang parah mba Ran masa nggak ngomong apa-apa sama aku?!"

Ran mengangkat tangan, meminta maaf sebesar-besarnyq karena pergi tanpa pamit dan menghilang tanpa jejak seperti itu.

"Mamaku sakit. Kalian tau, kan?" Ran bercerita sambil memasukkan baju-baju ke dalam lemari. "Agustus tahun kemarin, aku pulang tiba-tiba karena mamaku ... meninggal."

Ruangan itu tiba-tiba hening. Bahkan Ayu yang tadi sudah tampak mau menyela kini perlahan duduk lemas di tempatnya.

"Maaf ya nggak ngabarin. Aku bingung banget kemarin. Sampe harus ambil cuti." Ran tidak tahu bagaimana harus menjelaskan betapa hancurnya ia setelah kepergian Sandra, rasanya tidak ada kata yang pas untuk perasaan itu.

Satu-satu mulut terbuka menyuarakan "Ooo" rendah.

"Nggak papa. Aku udah ikhlas. Buktinya aku udah balik lagi ke sini. Life must go on. Ye nggak?" Ran memasang senyum lebar yang meyakinkan.

SUMMIT ATTACK [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang