20. Kembali Sendirian

1K 195 9
                                        

"Yang Jungwon. Suatu hari nanti, saat kamu sudah mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dan kamu mengetahui semuanya ... tolong maafkan Nenek. Tolong ampuni Nenek."

Sudah lama sekali rasanya saat terakhir kali Jungwon mendengar suara Nenek Nam yang jujur sangat ia rindukan saat ini.

Kalimat terpanjang yang Nenek Nam katakan waktu itu, belakang ini kembali menguasai pikiran Jungwon. Entah bagaimana caranya, kalimat itu kini terngiang-ngiang di kepalanya tanpa sebab yang jelas. Ah, atau hal ini terjadi karena hingga detik ini, Jungwon sama sekali belum mengetahui apa yang dimaksud oleh Nenek Nam? Jika iya, bolehkah Jungwon meminta agar dia tidak mengetahui kebenaran apa pun perihal yang disinggung oleh mendiang Nenek Nam?

Cowok itu menghela napas berat, sembari memijat kepalanya yang terasa pening. Akhir-akhir ini, Jungwon merasakan jika masalah datang bertubi-tubi menghampirinya.
Tidak memiliki pekerjaan, kehabisan uang karena membayar iblis yang menyamar sebagai kepala sekolah, di-skors dan banyak hal lain yang belakangan ini menguasai pikirannya. Ah, jangan lupakan juga perihal janjinya kepada Jay untuk membantu sosok itu. Buktinya apa? Bantuannya sama sekali tidak mendapatkan hasil berarti. Dia dan Jay ... mungkin gagal untuk menemukan 'adik' dari sosok cowok itu.

Lagi-lagi, Jungwon menghela napas berat. Ia mengalihkan tatapannya kepada sosok Jay yang duduk sembari memeluk lutut tak jauh dari tempatnya saat ini. Omong-omong, keduanya sedang berada di dekat danau. Setelah pulang dari kediaman Daniel beberapa jam lalu, keduanya memutuskan untuk menghabiskan waktu di tempat ini. Apalagi kala mengingat jika waktu bagi Jay untuk berada bersama Jungwon---dalam keadaan seperti itu---tinggal sebentar lagi. Mungkin, hanya tinggal menghitung jam saja.

Itu artinya ... Jungwon akan kembali sendirian, bukan? Mengingat hal itu, membuat Jungwon tersenyum kecut. Agaknya, dia memang terlahir ke dunia untuk ditinggalkan dan menjadi sendirian.

"Won."

Jungwon menengadahkan wajahnya, saat suara Jay terdengar. Ia berdeham pelan sebagai jawaban.

"Kalo misalnya gue udah balik ke badan gue ... artinya lo bakal sendirian lagi dong, Won?"

Cowok itu tersenyum tipis, lantas beranjak menghampiri Jay. Ia ingin merangkul sosok itu, tetapi tentu saja hal itu tidak bisa ia lakukan. Mengingat bagaimana bentuk Jay sekarang. "Emang biasanya begitu, 'kan?" balas Jungwon. "Gue emang diciptakan buat ... sendirian, mungkin?"

Jay tertawa kecil karena apa yang Jungwon katakan. "Jomlo abadi, dong," ujarnya bercanda. Suasana mulai mencair di antara keduanya---kesan menyedihkan yang tiba-tiba saja hadir seolah-olah menghilang untuk beberapa saat.

"Lo mah, malah doain gue jomlo, anjir." Jungwon cemberut. Merajuk main-main, supaya sesak di dadanya menghilang. Ya, hitung-hitung sebelum melepas kepergian Jay kembali ke tubuhnya, mereka tidak perlu merasa sedih.

"Bukan doain, tau." Jay mengelak. "Btw, gue pengin deh meluk lo sekarang. Entah kenapa, setiap liat lo, gue bawaannya pengin meluk lo terus."

Jungwon mendecih pelan. "Yakin? Gue kalo liat lo malah bawaannya pengin marah-marah mulu, haha!"

Kali ini, giliran Jay yang cemberut. "Gue lucu gini, kok."

"Idih, lucu dari mananya?" Jungwon bertanya remeh. "Ya udah, sini gue peluk lo."

Mulanya, Jay merasa bingung. Sementara Jungwon, niatnya dia hanya untuk main-main saja. Toh, dia juga tak akan bisa menyentuh Jay, bukan? Namun, saat Jungwon bergerak mempertipis jaraknya dengan Jay sembari melebarkan kedua tangan---bersiap menyambut sosok Jay yang juga melebarkan tangan untuk balas memeluk, tiba-tiba saja keajaiban itu terjadi.

[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang