55. Perdebatan di Meja Makan

780 155 42
                                    

Saat membuka mata, hal pertama yang Jungwon rasakan adalah tubuhnya yang berbaring dengan nyaman di atas tempat tidur. Ia lupa kapan ia memindahkan diri dari meja belajar ke kasur, sebab semalam, rasanya ia sudah tak lagi memiliki cukup tenaga untuk beranjak meninggalkan meja belajarnya itu.

Apakah ia berjalan sendiri saat tertidur?

Namun, agaknya Jungwon harus membuang jauh-jauh pemikiran aneh yang menyerempet tidak mungkin itu---sebab ia memang tidak pernah berjalan sambil tidur sebelumnya. Saat ia mencoba merenggangkan tubuhnya, tiba-tiba saja ia merasa jika di sisi kanan dan kirinya penuh dan ia terjebak di tengah-tengah.

Benar saja, saat ia menoleh, Jungwon tak dapat menahan rasa keterkejutannya ketika mendapati ayah dan ibunya tertidur di sisi kanan dan kiri dengan lelapnya. Mama Eunha bahkan memeluk salah satu lengannya. Pantas saja Jungwon merasa lengan kirinya terasa lebih berat.

Kenapa Mama sama Papa tidur di sini? Jungwon bertanya dalam benak, sambil menggigit bibir bawahnya.

Jam menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh, masih terlalu pagi untuk bangun, memang. Namun, berbeda dengan Jungwon yang selalu bangun lebih pagi seperti menjadi kebiasaannya. Dulu, ia bangun pagi-pagi sekali karena harus bersiap-siap dan berangkat sekolah lebih awal agar tidak menjadi perhatian orang-orang yang akan merasa jika hari-hari mereka akan berjalan dengan dipenuhi kesialan hanya karena berpapasan dengannya.

Walaupun sekarang ia sudah tidak perlu lagi melakukan itu, tetapi kebiasaan ini masih tetap ada. Kecuali jika tiba-tiba ia merasa malas dan mengantuk berat---seperti beberapa waktu lalu---maka ia akan melanjutkan acara tidurnya hingga pukul tujuh atau delapan pagi.

Omong-omong, Jungwon masih belum menyadari keberadaan plester demam yang menempel di dahinya, sebelum ia merasakan pergerakan dari sisi kanan, di mana sang ayah tertidur. Sepertinya, ayahnya itu akan segera bangun. Dengan cepat, Jungwon memilih memejamkan matanya. Kembali berpura-pura tidur demi menghindari kesan awkward karena tak tahu harus melakukan apa ketika berhadapan dengan Papa Jun nantinya.

Sementara itu, Papa Jun yang baru saja terbangun, lebih dulu duduk sambil mengumpulkan nyawanya. Melihat jam yang kini menunjukkan pukul setengah enam pagi, lantas memilih menempelkan telapak tangannya pada pipi dan leher putra bungsunya itu.

Sudah turun, ujarnya dalam benak saat merasakan suhu tubuh Jungwon kembali normal. Ia kemudian melepaskan plester di dahi putranya itu dengan gerakan lembut dan super hati-hati. Tak mau putra bungsunya itu merasa kesakitan. Tidak tahu saja ia jika sekarang, Jungwon mati-matian menahan diri untuk tidak membuka mata secara refleks dan membuat kelopak matanya terlihat berkedut menahan kedipan.

Setelahnya, Papa Jun memilih turun dari tempat tidur. Bergerak ke sisi kiri untuk membangunkan sang istri. "Ma," panggilnya seraya mengguncang lembut tubuh istrinya itu. "Ma, bangun dulu. Sudah pagi."

Tidak butuh waktu lama, Mama Eunha pun terbangun. Hal pertama yang dilakukan perempuan berambut sebahu itu adalah memeriksa suhu tubuh putra bungsunya, baru kemudian menguap sambil merenggangkan tubuh. "Sudah turun demamnya Adek," ujarnya yang langsung dihadiahi anggukan dari sang suami.

"Masih agak hangat dikit," balas Papa Jun. Keduanya kemudian mengusap pucuk kepala Jungwon bergantian sebelum akhirnya meninggalkan kamar si bungsu untuk kembali ke kamar mereka. Sepertinya, keduanya berniat menyambung tidur karena semalam baru bisa tertidur pukul dua pagi.

Jungwon demam tinggi semalam hingga menginjak angka 39,3 derajat celsius di jam satu pagi. Makanya, baik Mama Eunha dan Papa Jun memilih menemani putra bungsu mereka itu hingga demamnya berangsur-angsur mereda dengan sendirinya.

Saat suhu tubuh Jungwon mulai turun, kembali di angka 38 derajat celsius, barulah keduanya merasa tenang. Namun, hal itu pada akhirnya tetap membuat mereka memilih tidur di samping kanan dan kiri si bungsu agar kalau sesuatu hal yang tak diinginkan terjadi, mereka bisa dengan cepat menanganinya.

[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang