48. Sebuah Pemberian

813 160 46
                                    

Halo teman-teman!
Sebelum lanjut baca bab ini, aku mau nanya dulu boleh nggak?

Sepemahaman kalian, AU itu apa sih?

Jawab dulu, yuk! Kalau nggak jawab, nggak boleh lanjut baca haha. Nanti dimarahin sama Papa Jun :v

__________________________________
Happy Reading!
__________________________________

"Pastikan jika 'mereka' mendapat ganjaran yang sesuai dengan apa yang mereka lakukan." Lelaki bertubuh tegap dengan setelan jas hitam mewah yang melekat di tubuhnya itu berdiri di depan jendela. Ponsel yang menempel di telinga tengah tersambung dengan 'orang-orang suruhannya'.

"Untuk beberapa orang yang namanya sudah dikirimkan oleh Hansol kemarin, tolong buat mereka merasakan penderitaan yang bahkan tidak pernah bisa mereka bayangkan sebelumnya."

Lelaki yang tak lain adalah Park Junhui itu memasukkan salah satu tangannya yang terbebas ke saku celana. Tatapannya masih fokus menatap tajam ke depan, sambil mendengarkan salah satu dari sekian banyaknya orang-orang suruhannya berbicara. Sesekali, ia akan mengangguk kecil untuk menyetujui saran dari bawahannya itu kalau dirasa memang pendapat mereka benar dan menguntungkan.

"Ah ya. Tolong selidiki juga, otak di balik ini semua. Saya tunggu beritanya, sesegera mungkin." Setelah mengatakan itu, Junhui segera mematikan sambungan. Tangannya meremas kuat ponsel miliknya itu untuk menyuarakan betapa kesal hatinya saat ini.

Embusan napas berat terdengar mengisi heningnya ruang kerjanya di siang hari yang terik ini. Ia tahu, mungkin apa yang dilakukannya hari ini sudah sangat-sangat terlambat karena putra bungsunya---Jungwon---sudah menderita dalam kurun waktu yang sangat lama.

Akan tetapi, tidak adil juga rasanya jika ia memilih lepas tangan begitu saja dengan melaporkan kelakuan 'orang-orang' yang sudah berbuat jahat kepada putranya ke pihak yang berwajib. Untuk kali ini, Park Junhui ingin bermain-main sebentar hingga hatinya merasa puas.

Pintu ruangannya diketuk dua kali, membuat lelaki dua anak itu menyahut. Mengizinkan si pengetuk untuk masuk.

"Selamat siang, Tuan."

Sosok yang baru saja memasuki ruangan itu ternyata Hansol. Tanpa menoleh pun, Junhui sudah sangat hafal suara lelaki blasteran Amerika itu.

"Katakan," ujar Junhui kemudian. Kedatangan Hansol ke ruangan yang berada di dalam rumahnya ini, pasti untuk membahas sesuatu yang penting. Maka dari itu, tanpa basa-basi ia langsung menanyakan maksud kedatangan orang kepercayaannya itu.

"Menurut informasi yang baru saja saya dapatkan, Pak Ko diberitakan baru saja hendak melakukan percobaan bunuh diri di rumahnya, Tuan," ujar Hansol sambil memberikan tab di tangannya kepada sang atasan, menunjukkan laporan yang baru saja ia terima, lengkap dengan bukti-buktinya.

"Lemah." Junhui mencibir pelan, lengkap dengan smirk andalannya. "Padahal, belum genap dua hari orang-orangku menerornya dan dia sudah mau menyerah?"

Hansol mengangguk kecil. "Beruntungnya, rencananya itu digagalkan oleh para tetangga yang mulai menganggapnya tidak waras, Tuan. Mereka berencana untuk membawa Pak Ko ke rumah sakit jiwa."

"Enak saja!" Junhui berujar tak terima. "Bukankah kalian sudah saya perintahkan untuk mem-blacklist nama Babi Tua Bangka itu dari instalasi mana pun?"

"Tentu, Tuan." Hansol kemudian kembali menjelaskan tentang apa yang terjadi kepada Pak Ko---mantan kepala sekolah SMP di mana Jungwon bersekolah dulu.

Ya, omong-omong, Junhui memang memerintahkan 'orang-orangnya' untuk meneror si tua bangka itu hingga ia tak lagi mengerti bagaimana rasanya bernapas dengan tenang.

[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang