3. Sebuah Hukuman

1.4K 270 2
                                    

Sosok Jay masih betah mengikuti langkah kaki Jungwon yang lama-kelamaan semakin melambat. Napas cowok ber-dimple itu mulai terdengar tak beraturan, membuat sosok Jay seketika merasa iba.

"Won, udah. Berhenti aja, Won. Lo ... lo udah pucat banget, sumpah!" Jay mencoba menghentikan langkah Jungwon yang terus saja berlari di putaran ke dua puluh. Bukan tanpa alasan Jay melakukan ini. Sungguh, dia tak tega melihat Jungwon yang tampak sangat payah mengatur napasnya sendiri, pun juga dengan wajahnya yang semakin lama semakin pucat.

Gara-gara guru bernama Kang Youngbin yang sudah Jay tandai namanya itu, Jungwon harus menjalani hukuman lari mengelilingi lapangan basket yang ukurannya cukup luas, sebanyak lima puluh kali. Hal itu dikarena selama ini, Jungwon selalu menghindar dari hukuman yang diberikan dengan seribu alasan. Makanya, mumpung hari ini Jungwon lebih banyak diam, guru bernama Youngbin itu pun segera melancarkan aksinya untuk menghukum salah satu anak didiknya.

"Won, astaga ... stop, Won! Lo bisa mati kalo gini terus."

Jungwon yang masih terengah-engah itu berdecak sebal. Ia menatap Jay yang mengikutinya dengan tatapan berang. "Bacot deh, lo!" pekik cowok itu. Ia kembali melanjutkan langkahnya sembari mengingat-ingat apa yang gurunya katakan tadi. Tanpa mempedulikan Jay yang semakin gencar mengikuti langkahnya.

"Won, sumpah deh. Gue peduli sama lo. Lo ... lo harus berhenti, Won. Gue nggak mau---"

"Jay udah deh! Setan doang kok banyak bacot, sih, Lo?!" Jungwon semakin berang. Ia menghentikan sementara larinya di putaran ke dua puluh lima. Napasnya naik-turun tak beraturan. Jujur saja, dia juga ingin menuruti apa yang Jay katakan. Jay benar, dia sudah tidak sanggup rasanya. Akan tetapi, jika dia berhenti sekarang, maka hukumannya akan bertambah di lain waktu.

"Astaga, Won. Gue bukan setan, woy, plislah!" Jay berteriak setengah frustrasi. Dia kembali mengikuti langkah cepat Jungwon untuk melanjutkan hukumannya---berlari lima puluh kali keliling lapangan basket yang cukup luas itu.

"Mau setan kek, bukan kek, yang penting lo nggak usah bacot ngurusin hidup gue." Jungwon berkata dengan nada dingin. Walaupun suaranya sekarang terdengar aneh di telinga Jay.

Hukuman yang Jungwon jalani, ternyata disaksikan oleh beberapa teman---mungkin sekelas atau hanya mengenal cowok itu. Jay bisa melihat mereka, tetapi tentunya mereka tidak bisa melihatnya saat ini. Agak terasa sendu, tetapi Jay segera mengenyahkan pikiran itu saat siswa-siswi yang menonton Jungwon yang tengah menjalani hukuman, mulai mengeluarkan suara.

"Woy, miskin!" pekik salah satu dari mereka. Seorang cowok tinggi dengan tampang sombong, menatap remeh ke arah Jungwon yang masih berlari menyelesaikan hukuman. "Lo makin lama makin gila aja, ya?!"

Jungwon hanya diam, dia lebih mementingkan bagaimana caranya agar dia menyelesaikan hukuman dengan cepat tanpa perlu memikirkan omongan-omongan teman satu sekolah yang sudah biasa ia dengar.

"Setelah nggak ada yang mau ngomong sama lo, sekarang lo jadi suka ngomong sendiri, ya?!"

Gelak tawa terdengar dari segala sisi. Jungwon sendiri hanya diam tak menanggapi sementara Jay, sosok itu mengepalkan tangan penuh emosi. Dia memperhatikan orang-orang itu satu-persatu dan mengingat-ingat wajah mereka. "Suatu hari, bakal gue bales lo semua!" pekik Jay yang seketika membuat Jungwon tertawa kecil.

"Lo mau ngapain?" tanya Jungwon sambil melirik sosok arwah yang masih mengikutinya berlari menjalani hukuman. Omong-omong, ini sudah putaran ke tiga puluh lima.

"Mau bales merekalah!" Jay membalas dengan nada menggebu-gebu, sementara Jungwon hanya berdecak kecil. Kepalanya mulai bertingkah sekarang, sebab rasa sakit mulai ia rasakan. Namun, berhubung hanya tinggal lima belas putaran lagi, Jungwon mencoba tetap menyelesaikan larinya.

[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang