28. Papa Jun (1): Foto

922 197 10
                                    

"Papa mau ke mana hari ini?" Jay bertanya kepada sang ayah yang tampak sibuk membolak-balik berkas di tangannya. "Jay kapan pulangnya, sih, Pa? Suntuk banget di rumah sakit terus."

Junhui mengalihkan perhatiannya sebentar dari berkas di tangan. Menyunggingkan senyum tipis, lantas menjawab, "Papa mau cek proyek sebentar." Ia melangkah mendekat, lantas mengusap pucuk kepala putranya dengan lembut. "Sabar sebentar, ya? Papa mau, anak Papa bener-bener sehat, biar nanti waktu di rumah, Papa nggak khawatir lagi."

Jay mendengkus atas jawaban sang ayah. "Tapi bosen tau, Pa, Jay pengin pulang. Lagian, Papa memangnya nggak capek, apa, bolak-balik ke rumah sakit mulu? Tidur jadi nggak teratur, terus---"

"Demi anak kesayangannya Papa, apa sih yang enggak?" Junhui tersenyum lagi saat putranya itu semakin cemberut karena digoda olehnya. "Ingat, 'kan, hari ini Abang ada jadwal terapi?"

Putranya itu mengangguk kecil. "Ingat, Pa."

"Mama datengnya agak siang nanti. Abang pengin makan apa? Biar nanti, Papa bilang ke Mama buat bawain."

Jay menggeleng singkat. Dia masih cemberut karena sejatinya, dia sangat ingin segera pulang. Tidak betah berada di rumah sakit terus-menerus seperti ini. "Nanti Abang bilang sendiri ke Mama, Pa," ujarnya.

"Ya sudah." Junhui menghela napas pendek, lantas mengusap pucuk kepala putranya dengan lembut. "Papa berangkat dulu, ya. Abang istirahat, jangan main ponsel lama-lama. Maksimal 30 menit, oke?"

Lagi-lagi, Jay cemberut. "Dikit banget, Pa. Dua jam, deh, ya?"

Junhui memutar bola matanya sebal. "Nggak ada," jawabnya. "Abang jangan bandel, ya? Nanti pulang ke rumahnya makin lama."

Setelah mengatakan hal itu, Junhui segera pamit kepada sang putra. Tertawa kecil saat mendengar pekikan protes dari Jay yang sepertinya bertambah bosan karena ditinggal di rumah sakit sendirian. Sebenarnya, Jay tidak benar-benar sendiri, sih. Ada dua bodyguard yang menjaga di pintu ruangan di mana Jay dirawat dan nanti siang, Eunha juga akan datang.

"Mau langsung berangkat ke proyek, atau mau diantar ke mana dulu, Tuan?" tanya sopir kepercayaan Junhui, saat lelaki itu melihat kedatangan atasanya. Ia langsung membukakan pintu mobil untuk sang atasan.

"Langsung ke proyek saja, Pak," jawabnya seraya tersenyum tipis. Membuat sang sopir mengangguk hormat.

Hari ini, rencananya ia akan pergi memantau salah satu proyek pembangunan gedung apartemen yang sedang dikembangkan oleh perusahaannya. Omong-omong, perusahaan yang ia kelola memang bergerak di bidang perhotelan, apartemen, restoran dan lain sebagainya. Junhui sudah memulai usahanya sejak sang putra---Jay---masih ada di dalam kandungan sang istri dan berkat doa dan kerja keras serta kegigihannya, Junhui akhirnya bisa berada di posisi sekarang.

Percayalah, semua itu ia lakukan demi anak dan istrinya. Keluarga kecil yang sangat ia sayangi. Junhui juga bukan tipe orang tua dan suami yang terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga akhirnya melupakan keluarga. Kalau ditilik lebih dalam, keluarga bagi seorang Park Junhui berada dalam urutan nomor satu dan tidak bisa diganggu gugat. Sesibuk apa pun dirinya, dia tetap mengutamakan keluarga kecilnya itu.

Walaupun terkadang, berkali-kali Junhui merasa gagal sebagai sosok kepala keluarga---mengingat banyaknya cobaan yang menimpa keluarganya selama belasan tahun terakhir---beruntungnya ia memiliki istri yang begitu pengertian. Selalu merengkuh dan menenangkannya ketika ia terpuruk dan nyaris jatuh.

[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang