57. Kabut (2)

886 157 36
                                    

"Den Jungwon."

Jungwon menoleh dan mendapati seorang maid yang berdiri tak jauh darinya. Di tangan perempuan itu sendiri terdapat sebuah gelas berisi susu, tetapi Jungwon tidak melihatnya karena tatapan remaja lelaki itu, fokus kepada sang maid yang kini berjalan mendekat.

Padahal ketika ia memasuki ruang makan tadi---tempat di mana lemari pendingin khusus minuman ini diletakkan---tidak ada siapa pun di sana. Para maid sibuk di dapur yang hanya disekat oleh dinding kaca tebal berwarna gelap. Dalam artian, orang yang berada di ruang makan bisa melihat apa yang dikerjakan para maid, sementara dari dapur sendiri tidak bisa melihat apa pun kecuali pantulan diri mereka sendiri.

"Saya barusan buat susu untuk Den Jungwon. Ini diminum dulu, ya?"

Cowok dengan lesung pipi itu mengerjap, memperhatikan gelas berisi susu yang berada di tangan sang maid, lalu menatap gelas di tangannya bergantian. Posisinya masih berdiri di depan lemari pendingin yang belum ditutup kembali.

Mama Eunha tadi memintanya untuk meminum jus buatannya, bukan? Lalu sekarang ia harus minum yang mana dulu? "T-tapi tadi Mama suruh Jungwon buat minum jus ini, Bi," ujarnya dengan niat menolak secara halus.

"Aduh!" Maid yang Jungwon tidak tahu siapa namanya itu, terlihat menunjukkan wajah bersalahnya. "Tapi saya udah telanjur bikinkan susu buat Den Jungwon, bagaimana?"

"Um ... Bibi minum aja, nggak apa-apa, kok."

"Duh, nggak bisa gitu, Den. Nanti Bibi dimarahin sama Nyonya."

Jungwon menggigit bibir bawahnya. Berpikir, apa dulu yang harus ia lakukan. Jungwon bahkan lupa jika dirinya masih tersambung panggilan video dengan Bu Sojung, membuat gurunya di ujung sambungan sana mengernyit heran dengan apa yang ia dengar.

Omong-omong, Jungwon meletakkan ponselnya di atas meja kecil di samping lemari pendingin sehingga Bu Sojung tak bisa melihat apa yang ia lakukan saat ini.

"Atau gini aja, Den Jungwon minum susunya dulu, baru habis itu minum jus buatan Nyonya?" Maid yang kira-kira berusia akhir dua puluhan itu memberi saran. "Soalnya sayang, Den, kalau nggak diminum. Saya takut dimarahin sama Nyonya."

"Y-ya udah, deh, Bi." Jungwon akhirnya mengalah. Kasihan juga saat melihat wajah maid yang usianya jauh di atasnya itu terlihat murung. Takut sekali sepertinya dimarahi oleh sang ibu sebagai sang nyonya rumah. Ia meletakkan kembali gelas berisi jus yang tadi ia pegang ke dalam lemari pendingin, lantas menutupnya. Ia akan meminumnya nanti. Semoga saja, Mama Eunha tidak memarahinya.

Padahal, kalau dipikir-pikir lagi, Mama Eunha itu orang yang sangat lembut. Jungwon belum pernah melihat ibunya itu marah-marah. Paling hanya mengomel sedikit, itu pun bukan kepada orang lain. Hanya kepada Jay yang terkadang malas sarapan atau Papa Jun yang selalu lupa meletakkan handuk ke gantungannya dan berakhir mengenaskan begitu saja di atas tempat tidur.

"Terima kasih banyak, Den! Den Jungwon sudah menyelamatkan pekerjaan saya!" seru maid itu, berlebihan. Jungwon tersenyum tipis sebagai balasan sembari mengambil gelas berisi susu yang diulurkan oleh maid itu.

Setelahnya, Jungwon ditinggalkan sendiri di ruang makan. Remaja lelaki itu meneguk susu rasa vanila itu hingga tersisa setengah, sebelum kembali meraih ponselnya dan membawa benda itu ke meja makan. Rencananya, ia akan melanjutkan proses belajarnya di sana.

"Maaf ya, Bu, tadi Jungwon lama," ucapnya kepada Bu Sojung yang kini menatapnya dengan senyuman hangat.

"Nggak apa-apa, Sayang." Bu Sojung membalas. "Kita lanjutkan yang tadi, ya?"

Jungwon mengangguk seraya menyunggingkan senyum tipis. Ia menarik salah satu kursi untuk diduduki menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanannya digunakan untuk memegang ponsel. Namun, gerakan cowok itu mendadak terhenti kala ia merasakan kerongkongannya terasa panas seperti terbakar.

[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang