Jungwon benar-benar tidak mengerti, sebenarnya apa yang berada dalam pikiran orang kaya? Mengapa mereka bisa dengan mudah menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang belum tentu bisa dipakai dengan baik atau tidak.
Contohnya seperti sekarang. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja sang ayah memberikan sebuah laptop dan tablet baru untuknya. Padahal, ponsel yang sebelumnya diberikan pun sangat jarang Jungwon pakai. Ia takut jika tangannya memainkan ponsel, maka benda canggih itu akan mudah rusak. Lalu, untuk apa ia dibelikan barang-barang mahal ini sekarang?
Katanya, supaya ia jadi lebih semangat belajar. Padahal sebenarnya tanpa diberikan barang-barang canggih itu pun, Jungwon pasti akan semangat dalam belajar karena ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan.
Dulu, sekolah adalah hal yang paling sulit ia dapatkan. Sewaktu SD, mendiang Nenek Nam bahkan mendatangi banyak sekali sekolah dasar hanya untuk mendaftarkannya agar bisa mengenyam pendidikan. Mulai dari yang terdekat hingga yang terjauh. Tak satu pun mau menerimanya hingga pada akhirnya---setelah memohon dengan sangat---Jungwon pun diterima di salah satu sekolah dasar yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya tinggal.
Lalu ketika ia sudah kelas lima sekolah dasar, Nenek Nam masih menyempatkan diri untuk mencari dan menyimpan uang karena satu-satunya sekolah menengah pertama yang mau menerima Jungwon kali ini merupakan SMP swasta yang dikenal sebagai sekolah buangan. Ya, tempat di mana murid-murid yang tidak diterima di tempat lain karena beberapa hal. Contohnya seperti kenakalan di sekolah sebelumnya dan lain sebagainya.
Sayangnya, Nenek Nam tidak sempat melihat Jungwon mengenakan seragam putih biru itu karena Tuhan lebih dulu menjemputnya di saat Jungwon masih duduk di kelas lima sekolah dasar.
Perjuangan Jungwon untuk mendaftarkan diri ke SMP pun tak mudah. Pertama karena ia tidak memiliki wali dan yang kedua, tentunya Jungwon tidak memiliki cukup uang untuk membayar biaya pendaftaran dan lain sebagainya. Namun, beruntungnya ia ketika entah bagaimana caranya, sekolah itu akhirnya mau menerimanya untuk bersekolah dengan syarat ia harus melunasi biaya pendaftaran ketika sudah memiliki uang nanti.
Akan tetapi, rupanya semua kemudahan itu didapatnya untuk dikembalikan setelahnya. Bahkan untuk hal-hal yang tak pernah Jungwon lakukan, ia pun harus menggantinya. Entahlah, Jungwon tidak mengerti harus mengatakan itu sebagai berkah atau musibah. Di dalam pikirannya waktu itu, yang terpenting ia bisa bersekolah.
Sekarang, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Semua terlihat begitu mudah ia raih saat ini, tetapi entah kenapa masih saja ada perasaan takut yang bersarang dalam dirinya.
Orang-orang ini terlalu baik dan Jungwon takut jika dirinya tak bisa membalas semua kebaikan itu dengan cara apa pun.
Melupakan semua tentang keresahan hati Jungwon atas 'hadiah' yang diberikan oleh ayahnya, ternyata Jay pun mendapatkan hadiahnya juga. Bedanya, cowok 16 tahun itu diberikan kejutan berupa sebuah studio musik yang seperti sulap dan sihir bisa dikerjakan dalam waktu beberapa jam saja.
Letaknya memang berada di sebuah kamar kosong di lantai pertama, tetapi sungguh demi apa pun, entah menggunakan kekuatan seperti apa, Hansol sang asisten sang ayah dapat melakukan itu semua---atas bantuan beberapa orang tentunya. Mulai dari mengubah ruangan itu menjadi kedap suara hingga melengkapi barang-barang di dalamnya dengan banyak sekali alat musik.
Omong-omong, Jay pernah berkata jika ia sangat ingin memiliki studio musik, kira-kira dua tahun lalu dan baru saat inilah sang ayah mewujudkan keinginannya itu.
"Makasih, ya, Pa. Sumpah, Abang nggak nyangka banget ternyata Papa masih inget apa yang Abang mau." Jay berujar sambil memeluk ayahnya itu yang dibalas usapan lembut di punggungnya dari sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓
Fanfiction[JayWon FF AU] 'BUKAN BXB YA ANJIR, CAPEK SAYA NGASIH TAU ಥ‿ಥ /FRUSTRASI LEVEL HARD/' "Setan doang kok banyak bacot, sih, lo?!"---Yang Jungwon. "Gue bukan setan, woy, plislah!"---Jay Park. ___________________________ Title: A Ghost-ing Me! (A Ghos...