4. Orang-Orang Baik dan Sebuah Janji

1.4K 246 5
                                    

Hal terakhir yang Jungwon ingat adalah dia mimisan, lalu setelah memaksakan diri untuk tetap berlari menyelesaikan hukuman, mendadak rasa pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi. Isi perutnya juga terasa bergolak dan pandangannya berubah menjadi gelap. Selebihnya, dia tidak mengingat apa pun lagi.

Bangun-bangun, dia sudah berada di sebuah kamar yang entah milik siapa. Kalau dipikir ini adalah UKS, jawabannya bukan. Jungwon hafal betul bentuk UKS yang sering dia masuki untuk sekadar mengusir penat kala istirahat dan dia tidak memiliki uang untuk membeli jajan.

"Won! Akhirnya lo bangun juga ...."

Jungwon praktis mendengkus saat mendengar suara yang mulai familiar di telinganya. Siapa lagi kalau bukan Jay si pemilik suara itu?

Sosok 'teman' gaibnya itu kini berdiri di hadapan, sementara dia masih berbaring. Niatnya sih, dia ingin bangun, tetapi kepalanya terasa pusing dan tubuhnya seolah remuk---sakit semua.

"Lo sih, gue suruh udahan malah lanjut terus. Keras kepala, lo!"

Lagi-lagi, Jungwon berdecak sebal. "Diem deh, Jay. Kepala gue pusing."

Namun, bukannya diam, Jay malah tetap berbicara ini dan itu sampai-sampai di mata Jungwon, Jay itu tengah nge-rap ala rapper. "Untung aja tadi ada orang baik yang nolongin lo. Gila sih, itu temen-temen gila lo nggak ada yang gerak sama sekali, anjir. Bodoh banget, sumpah. Pokoknya nanti setelah gue balik ke badan gue dan lo berhasil bantuin gue, gue janji bakal bikin perhitungan sama---"

"Jay, udah!" Jungwon memekik saking kesalnya dia dengan sosok Jay yang tidak henti-hentinya bersuara. "Kepala gue mau meledak anjir."

Akhirnya, Jay memilih bungkam. "Maaf," cicit sosok itu, kemudian sedikit menjauh dari posisi Jungwon. Sementara itu, Jungwon sendiri memilih kembali memejamkan mata demi menghalau rasa pusing yang masih menyiksa.

"Nak Jungwon, kamu sudah sadar, Nak?"

Jungwon refleks membuka mata saat mendengar suara yang lumayan sering ia dengar. "E-eh ... Bu Saerom." Cowok itu mencoba untuk bangun karena merasa tak enak, tetapi wanita paruh baya yang dipanggil Bu Saerom oleh Jungwon tadi segera melarangnya. Dia meminta Jungwon untuk tetap berbaring hingga kondisinya segera pulih.

"Kamu tiduran aja dulu, Jungwon. Masih pucat gitu, lho," ujar Bu Saerom. Di tangannya terdapat baskom kecil yang diisi air hangat. "Sini, mau Ibu kompres lagi kamu."

"T-tapi, Bu---"

Bu Saerom menempelkan panggung tangannya di dahi Jungwon. "Masih hangat ini," ujarnya. "Nurut ya, Yuna lagi bikinkan kamu bubur."

Mendadak, Jungwon merasa tidak enak dengan keluarga Bu Saerom. Beliau adalah pemilik warung yang letaknya beseberangan dengan sekolahnya. Dia sudah terlampau sering merepotkan keluarga ini, terutama semenjak hampir tiga tahun terakhir.

"Bu ...." Jungwon memanggil takut-takut. Bu Saerom berdeham sebagai jawaban. "Maaf ya, Jungwon ngerepotin Ibu lagi."

Ucapan Jungwon membuat Bu Saerom menghentikan kegiatannya memeras handuk kecil yang akan ia gunakan untuk mengompres dahi Jungwon. Perempuan paruh baya itu menatap lembut cowok yang masih berbaring di tempat tidur, lantas menyunggingkan senyum hangat. "Kamu kayak sama siapa aja, Nak. Sekarang, istirahat dulu ya. Jangan banyak pikiran. Habis makan nanti, baru kamu tidur lagi."

Jungwon diam saja. Tidak mengiyakan, tidak juga menolak saat tangan Bu Saerom dengan telaten mengompres dahinya. Jujur saja, seluruh tubuh terutama kakinya terasa ingin copot saking sakitnya. Kepalanya masih pusing dan perutnya terasa kembung. Sangat tidak nyaman, rasanya ingin muntah, tetapi tak bisa. Makanya Jungwon hanya diam. Sesekali, cowok itu memperhatikan Jay yang sekarang terlihat mengelilingi kamar yang Jungwon tempati. Mengabsen semua barang yang ada di sana dan membuat Jungwon hampir meloloskan dengkusan kesalnya.

[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang