6. Sebuah Misi

1.2K 226 13
                                    

"Lo kok betah banget sih, tidur kayak gini? Di sana memangnya ada apa? Bidadari, ya?"

Baik Sunghoon maupun Jake tidak tahu, apakah mengajak sosok jangkung lainnya---selain Sunghoon---bernama lengkap Lee Heeseung ini adalah keputusan yang benar atau tidak. Intinya, sejak tadi cowok itu terlihat biasa-biasa saja walaupun terus-terusan mengoceh sendiri tanpa jawaban pasti dari sosok yang ia ajak bicara. Kalau orang lain melihat dari sisi pandang berbeda, mungkin mereka akan berpikir jika cowok dengan marga Lee itu sedang terkena gangguan mental.

"Mal, Jamal! Seriusan lo nggak mau bangun?" Heeseung berceloteh lagi. Seperti anak bayi saja ya ampun, tidak ada habisnya. "Bidadari di sana secantik apa, sih? Kenalin ke gue dong. Jomlo gini, butuh gandengan."

Jake yang sudah kadung sebal melihat Heeseung---yang walaupun usianya satu tahun lebih tua daripada dia---langsung memberikan pukulan kecil di bahu lelaki itu. Namun, hal yang dilakukan oleh Jake berhasil membuat Heeseung mengaduh. "Sakit, Jake!" ujarnya setengah berbisik, tetapi malah terkesan seperti sedang ngegas.

"Lagian lo berisik," cibir Sunghoon. Kentara sekali jika dia berpihak kepada Jake.

"Mending lo keluar aja deh, Bang. Gue sama Sunghoon mau ngobrol sama Jay. Biar tenang tanpa gangguan-gangguan dari makhluk kayak lo." Jake mendorong-dorong tubuh Heeseung menuju ke pintu.

Ya, omong-omong, 'dia' yang selama ini mereka bicarakan adalah Jay. Sosok sahabat yang selama kurang lebih seminggu terakhir ini masih asyik di alam bawah sadarnya. Menutup mata dengan damai, tanpa perlu repot-repot memikirkan bagaimana resahnya hati orang-orang yang merasa sepi tanpa kehadirannya.

Lalu untuk panggilan 'Jamal' yang mereka sematkan kepada cowok itu, hal tersebut dikarenakan selama mereka mengenal Jay, cowok itu sangat senang dengan yang namanya beramal. Terlahir sebagai anak orang berada, membuat Jay sering membagi yang ia miliki kepada orang uang membutuhkan.

Dari sanalah nama 'Jamal' tercipta, di mana Jamal berarti Jay yang suka beramal.

"Gak-gak! Nggak mau." Heeseung dengan tegas menolak. Beruntung saja ruangan di mana Jay dirawat adalah ruang VVIP kelas satu. Jadi, mereka tidak perlu repot-repot menjaga kesopanan---padahal yang mereka lakukan ini sungguh tidak baik. Namun, di dalam pikiran Heeseung, bukannya bagus ya, jika mereka berisik? Jay akan cepat bangun, lantas mengomeli mereka karena mengganggu tidur panjangnya, bukan? Itu akan menjadi hal baik, benar?

Tentunya tidak seperti itu. Salahkan saja Lee Heeseung dengan segala pikiran absurd bin random yang ia miliki.

"Lo berdua nggak ingat kata dokter waktu itu?" Heeseung bertanya dengan wajah songong. Tenang, mereka masih menjaga intonasi suara, kok, agar tidak terlalu mengganggu. "Justru biar Jay cepat sadar, kita harus pancing dia dengan obrolan. Supaya---"

Belum selesai si tetua itu berbicara, Jake keburu memotong. "Ya makanya lo keluar, biar gue sama Sunghoon aja yang ngobrol sama Jay. Kita 'kan seumuran. Jadi pastinya nyambung, dong. Iya nggak, Hoon?"

"Yoi!" sahut Sunghoon, lantas berhigh-five ria bersama Jake.

"Dih, najis!" Heeseung mengumpat dengan wajah sebal. "Awas aja ya, lu berdua. Jay, cepet bangun lu. Dua adek lu yang laknat ini makin hari makin akhlak eopseo."

Setelah mengatakan hal itu, Heeseung langsung kabur dari sana. Meninggalkan Jake dan Sunghoon yang sama-sama mengumpat dalam benak.

"Jake," panggil Sunghoon dengan suara lirih, sementara Jake menjawabnya dengan dehaman. "Kok kita bisa sih, temenan sama orang modelan Bang Heeseung?"

Jawabannya sudah pasti Jake juga tidak tahu. Lagi pula, lebih baik mereka melupakan Heeseung sejenak dan kembali fokus kepada sahabat mereka---Jay---yang masih menutup kedua matanya rapat-rapat.

[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang