Rencana yang Jay lakukan waktu itu---saat ia beserta ayah dan adiknya berkunjung ke sekolah lama Jungwon---berjalan dengan baik.
Pada awalnya, orang-orang yang dilewati oleh Jungwon, terlihat memberikan tatapan aneh dan menusuk sampai-sampai rasanya lewat tatapan-tatapan itu, Jay dapat mendengar umpatan dari sana. Akan tetapi, beruntungnya Jungwon bisa mengabaikan orang-orang itu dam tetap melanjutkan langkahnya menuju ruangan kepala sekolah.
"Eh sumpah, ngapain itu sampah balik ke sini lagi? Udah nggak punya malu, ya, dia?" Begitu yang dikatakan oleh seorang siswi, sembari berbisik dengan siswi lainnya.
"Gila ya, emang. Tapi aneh, deh. Liat bajunya! Ow-ow, jual diri ke tante-tante girang jangan-jangan tuh anak!" seru yang lainnya.
"Terlepas dari pakaian yang dia pake sekarang, muka sampahnya masih sama aja, ya? Makin pengin dimaki-maki aja, sih, rasanya menurut gue." Gadis dengan rambut hitam sepunggung dengan percaya dirinya.
Baik Papa Jun dan Jay, keduanya sama-sama tidak menyangka jika ada anak sekolah menengah pertama yang memiliki tutur kata sekotor itu.
Sejauh ini, Jay yang memilih menahan sang ayah untuk tidak terburu-buru mengejar Jungwon, dibuat meremas kedua tangannya dengan perasaan dongkol. Begitu juga dengan Papa Jun yang tampak menahan amarah.
"Papa nggak nyangka kalau mulut anak-anak di sini sekejam itu," ujar Papa Jun seraya berbisik kepada si sulung.
"Begitulah, Pa." Jay menjawab. "Kayaknya mereka emang harus dikasih pelajaran."
Setelah lima menit, barulah sepasang ayah dan anak itu melanjutkan langkah. Mereka takut jika kehilangan jejak Jungwon, membuat bungsu dari keluarga Park itu berada dalam bahaya. Maklum saja, tempat yang sekarang mereka datangi adalah sarang iblis berkedok 'warga sekolah'.
Berbeda dengan tatapan orang-orang terhadap Jungwon, kala Jay dan sang ayah berjalan melewati mereka, orang-orang yang diberi label siswa dan siswi itu memberikan tatapan bingung dan bertanya-tanya. Lagi pula, siapa, sih, yang tidak mengenal Keluarga Park terutama sang kepala keluarga, Park Junhui?
Pengusaha besar yang namanya dikenal di hampir sepenjuru negeri itu tentunya tak dapat dipandang sebelah mata. Apalagi sampai harus diremehkan. Namun, yang menjadi pertanyaan dalam benak orang-orang yang berada di sekolah saat itu adalah mengapa seorang Park Junhui dan putranya---Jay Park---mendatangi sekolah mereka?
"Apa Tuan Park akan menjadi salah satu donatur di sekolah kita?" tanya seorang gadis kepada teman yang berada di sampingnya. Mereka sedang bergosip, omong-omong.
"Wah, gila! Kalau benar Tuan Park yang kaya raya itu akan menjadi donatur di sekolah kita ... bayangkan! Akan jadi semewah apa nanti sekolah ini?!" sahut yang lain dengan wajah excited-nya itu.
Omongan-omongan dari para siswa dan siswi itu tentunya terdengar di telinga Jay dengan jelas. Begitu juga dengan Papa Jun yang sejak tadi hanya memasang wajah datar dan tegas andalannya.
"Tapi lihat!" seru salah seorang lagi. "Tuan Park membawa anaknya yang ganteng itu! Apa dia bakal sekolah---ah, maksud gue dimasukkan ke sekolah ini juga? Wah! Gila, ini kabar yang sangat baik!"
"Nggak mungkin, lah!" seru yang lain. "Putra tunggal keluarga Park? Dimasukkan ke sekolah buangan ini? Ada-ada aja!"
"Ya, bisa aja!" sahut gadis yang berambut panjang. "Lagipula, tutup mulut lo! Sekolah yang lo bilang 'buangan' ini juga sekolah lo, kan?!"
Semakin jauh langkahnya dan sang ayah, maka suara-suara yang terdengar ketika mereka melewati kelas-kelas yang sedang berada dalam jam istirahat tadi pun perlahan tidak terdengar. Tertutup oleh suara berisik yang dibuat oleh puluhan siswa lain yang sepertinya sedang bermain bersama. Ya, ciri khas sekolah sekali, lah. Apalagi sekolah ini merupakan tingkat pertama---SMP.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓
Fanfic[JayWon FF AU] 'BUKAN BXB YA ANJIR, CAPEK SAYA NGASIH TAU ಥ‿ಥ /FRUSTRASI LEVEL HARD/' "Setan doang kok banyak bacot, sih, lo?!"---Yang Jungwon. "Gue bukan setan, woy, plislah!"---Jay Park. ___________________________ Title: A Ghost-ing Me! (A Ghos...