Sebenarnya, baik Mama Eunha maupun Jay sama-sama tidak mengerti. Kenapa Papa Jun tidak langsung mempertemukan mereka dengan sosok remaja lelaki yang diceritakan olehnya tadi. Akan tetapi, mereka malah pergi ke ruang perawatan lain yang letaknya tak begitu jauh dari UGD.
Dari posisinya sekarang---duduk di atas kursi roda yang didorong oleh Papa Jun---ia bisa melihat jika ada Hansol Chwe, sekretaris sang ayah dan beberapa orang yang dikenalnya sebagai bodyguard atau orang suruhan sang ayah yang terlihat berjaga di depan pintu sebuah ruangan. Lama-kelamaan, perasaannya semakin tidak menentu dibuatnya.
Pasti terjadi sesuatu yang tidak beres, begitu pikir Jay.
Sejatinya, dia gatal ingin berjalan sendiri saja. Akan tetapi, kedua orang tuanya bersikeras untuk tetap meminta Jay duduk anteng di atas kursi roda sampai kondisinya benar-benar pulih. Padahal, jujur saja Jay merasa sudah sangat-sangat baik sekarang. Buktinya, dia sudah bisa kembali ke rumah hari ini, bukan?
"Tuan." Hansol Chwe menghampiri sang atasan, lantas meminta izin untuk berbicara. Akhirnya, Junhui meminta sang istri untuk menggantikan posisinya mendorong kursi roda Jay.
"Ya, katakan," titahnya saat keduanya berjalan sedikit menjauh dari posisi Eunha dan Jay yang masih terlihat bingung dengan situasi yang terjadi.
"Kondisi anak itu ... belum menunjukkan perubahaan apa pun secara signifikan, Tuan," tutur Hansol sambil menyerahkan hasil laporan yang diberikan dokter yang menangani remaja lelaki itu kepada sang atasan.
"Lambungnya terluka lumayan parah dikarenakan tidak adanya asupan makanan selama berhari-hari. Selain itu, di tubuhnya juga ditemukan banyak sekali lebam dan goresan yang cukup buruk." Hansol menjelaskan apa yang dikatakan oleh dokter yang menangani si remaja laki-laki itu kepada sang atasan. "Ah, ya. Satu hal lagi, Tuan. Anak itu mengalami benturan yang cukup parah di kepalanya. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai penyebab benturan, belum dapat ditemukan."
Junhui terdiam, mencerna apa yang sekretarisnya katakan. "Apakah ketika di sungai tadi, terdapat banyak bebatuan, Hansol?" tanyanya. "Saya tidak begitu memperhatikannya dan agaknya, saya juga tidak merasakan hal itu."
"Saya sudah bertanya kepada anggota tim BG-A8 yang ikut menceburkan diri tadi dan mereka bilang, tidak ada batu-batuan besar di sekitar sungai, Tuan."
Omong-omong, setiap kelompok orang suruhan Junhui, memiliki kodenya masing-masing dan kode itu sendiri berasal dari tempat di mana mereka bertugas. Jika ditotal, mungkin Junhui memiliki lebih dari 200 tim yang tersebar di sepenjuru negeri ini. Mereka semua dipekerjakan bukan hanya untuk mengamankan keluarga Park dari ancaman 'orang luar', tetapi juga mengamankan orang-orang yang bekerja di bawah JJCorp.
"Ah ya, Tuan." Hansol mendekatkan dirinya kepada sang atasan, lantas berbisik, "Apakah Tuan yakin, akan mempertemukan Nyonya dan Tuan Muda dengan anak itu?"
Junhui terdiam sejenak, lantas mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Ya," jawabnya kemudian. "Kamu tahu pasti, bukan, jika saya tidak bisa menyembunyikan apa pun dari mereka?"
Hansol mengangguk kecil. "Baiklah, Tuan," ujarnya.
Keduanya kembali menghampiri Eunha dan Jay yang masih terdiam bingung di tempatnya. Saat Junhui datang mendekat, Eunha memandangnya dengan tatapan penuh tanda tanya, tetapi hanya dijawab Junhui lewat senyum tipis.
"Dia ada di sana," ujar Junhui, seraya mengalihkan tatapannya kepada sebuah ruangan yang pintunya tertutup rapat. "Ayo."
Waktu berjalan begitu lambat bagi Jay saat ini. Entah kenapa, ia merasa seperti diperhatikan dari jauh oleh sosok yang tak bisa ia lihat. Begitu juga dengan hati dan pikirannya yang merasakan perasaan berbeda yang entah apa. Jantungnya berdebar kencang dan rasanya menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓
Fanfic[JayWon FF AU] 'BUKAN BXB YA ANJIR, CAPEK SAYA NGASIH TAU ಥ‿ಥ /FRUSTRASI LEVEL HARD/' "Setan doang kok banyak bacot, sih, lo?!"---Yang Jungwon. "Gue bukan setan, woy, plislah!"---Jay Park. ___________________________ Title: A Ghost-ing Me! (A Ghos...