Kaleng minuman ringan kosong yang tak berdosa itu ditendang. Menghasilkan bunyi berisik saat ia terlempar dan menggelinding di atas aspal.
Cuaca terik di siang bolong ini, berhasil membuat Jungwon yang sejak tadi berjalan tak tentu arah menghela napasnya berkali-kali. Ia juga terkadang mengusap keringat yang mengucur begitu saja di dahinya. Wajahnya sudah memerah karena berkeringat, begitu juga dengan kaus usang yang ia kenakan---basah oleh keringat.
Lagi, untuk kesekian kalinya Jungwon menghela napas berat. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak di dekat halte bus. Tidak benar-benar berniat melangkah menuju halte dan ikut berteduh di sana bersama orang-orang yang tampak sedang menunggu bus. Sebenarnya dia ingin, tetapi mengingat bagaimana pakaiannya dan bahkan dirinya sendiri, seketika membuat Jungwon mengurungkan niat. Dia takut kehadirannya malah akan membuat orang-orang itu tidak nyaman, lalu pergi meninggalkan halte.
Kalau orang-orang itu pergi, maka sopir bus tidak akan mendapat penumpang dan itu sama saja dengan rugi. Jadi, Jungwon mengalah saja. Berdiri di bawah pohon rindang sudah cukup membuatnya terhindar dari sengatan matahari, kok.
Jungwon mengipas wajah dan lehernya yang panas menggunakan tangan, sambil menatap sekitar. Mana tahu, di sekitar sini ada yang dapat ia lakukan untuk mendapat uang.
Benar, sudah sejak pagi dia melangkahkan kaki menyusuri penjuru kota yang cukup jauh dari kediamannya, dia sama sekali belum mendapatkan pekerjaan bahkan sampai sesiang ini. Yang ia dapatkan hanyalah caci-maki beserta umpatan-umpatan kurang mengenakkan dan hal itu sama sekali tidak membuatnya kenyang.
Sudah dua hari ia tidak makan sama sekali. Hanya meminum air saja agar tidak dehidrasi. Niatnya, dia gencar mencari pekerjaan ya untuk makan. Walaupun hanya menjadi tukang cuci piring dadakan yang diupah sebungkus nasi, pun, Jungwon tak masalah. Yang penting ia dapat pekerjaan dan makanan. Itu saja.
Jungwon memang pernah bilang, jika 'makan' hanyalah formalitas supaya tidak meninggal. Namun, sayang sekali beberapa hari terakhir, perutnya itu berkhianat. Padahal, besok dia sudah boleh masuk sekolah lagi. Itu artinya, semakin sempitlah waktu yang ia miliki untuk mencari pekerjaan.
"Pantes sih, lo kayak gini, Won." Cowok itu bergumam sambil menendang-nendang udara. "Kerjanya ngeluh mulu. Makanya nggak maju-maju."
Kepalanya mendongak menatap langit, lantas tersenyum kecil. "Kalo aja Nenek Nam masih hidup," ujarnya. "Pasti sekarang Nenek baru aja pulang dari pasar sekarang dan bakal mulai masak makanan dari hasil berburunya."
Cowok berlesung pipi itu tertawa kecil kala mengingat kata 'berburu' yang ia sematkan. Dulu, saat Nenek Nam masih hidup, beliau akan pergi ke pasar sejak pagi buta. Membantu beberapa pedagang untuk mengatur dagangannya. Lalu, saat pulang ke rumah, Nenek Nam akan membawa sayur-sayuran sisa yang sudah dibuang, tetapi masih layak untuk dimakan. Uang yang ia dapatkan setelah membantu para pedagang, akan ia gunakan untuk membeli beras dan sebagiannya lagi ditabung. Untuk sekolah Jungwon, katanya.
Walaupun Nenek Nam tidak pernah secara gamblang berkata jika dia bekerja keras untuk biaya hidup dan pendidikan Jungwon, tetapi cowok itu sangat mengerti betapa sayang dan pedulinya Nenek Nam kepada dirinya.
Lagi-lagi, mengingat Nenek Nam membuat cowok itu merasa rindu. Sangat-sangat rindu sampai rasanya ingin menangis kalau saja Jungwon tidak ingat kata-kata wanita tua itu. "Jadi anak cowok nggak boleh cengeng! Nangis boleh, tapi kalo bisa, jangan di depan orang-orang. Nanti kamu malah terlihat lemah di mata mereka. Nggak mau, 'kan, kamu?"
Refleks saja Jungwon menggeleng saat suara Nenek Nam seolah-olah kembali terdengar dan tervisualisasi di kepalanya. Cowok itu tertawa kecil. "Nenek Nam udah bahagia di sana," ujarnya sambil mendongak menatap langit. "Tapi kenapa Nenek nggak mau ajak gue, ya? Kenapa sampai sekarang, Nenek nggak mau datang buat jemput gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓
Fanfic[JayWon FF AU] 'BUKAN BXB YA ANJIR, CAPEK SAYA NGASIH TAU ಥ‿ಥ /FRUSTRASI LEVEL HARD/' "Setan doang kok banyak bacot, sih, lo?!"---Yang Jungwon. "Gue bukan setan, woy, plislah!"---Jay Park. ___________________________ Title: A Ghost-ing Me! (A Ghos...