____________________________
"Sebenarnya saya tidak tahu apa maumu, Yang Jungwon?!" Pak Kepala sekolah menatap Jungwon yang berdiri di hadapannya dengan tatapan nyalang. Sementara lawan bicaranya sendiri, tampak menundukkan kepalanya dalam-dalam karena takut---tidak berani barang sebentar saja mmengangkat kepala menatap sang lawan bicara.
"Hampir tidak pernah mengerjakan PR. Mengerjakan tugas di sekolah, tidak pernah ada yang hasilnya memuaskan. Kamu juga sering bikin masalah sama teman-teman sekelasmu." Kepala sekolah terlihat mengabsen seluruh kelakuan Jungwon selama sekolah. Padahal, dari semua yang ia sebutkan, belum tentu semuanya merupakan kesalahan Jungwon.
"Selama ini juga saya tanya ke kamu, kapan kamu mau melunasi uang sekolah, Yang Jungwon?"
Jungwon masih diam. Dia tidak tahu sebenarnya harus menjawab apa.
"Kalau ada orang yang berbicara, tolong angkat wajahmu!" tegas Pak Kepala Sekolah, membuat Jungwon mau tak mau mengangkat kepalanya. "Lihat. Kenakalan apalagi yang kamu perbuat, Jungwon? Apa kamu tidak malu, hah, kerjanya membuat masalah terus?"
"M-maaf, Pak." Jungwon berujar dengan suara pelan. Wajahnya yang memiliki lebam di beberapa titik, membuatnya dipanggil ke ruang kepala sekolah. Sudah dapat dipastikan, ketika dia masuk ke sini, semua dosa-dosanya akan diungkap begitu saja dan membuatnya terpojok. Jungwon bahkan tidak tahu harus mulai menjawabnya dari mana.
"Maafmu tidak berguna kalau kamu terus melakukan hal yang sama, Yang Jungwon." Pak Kepala Sekolah menatapnya dengan wajah frustrasi. "Sebentar lagi, kamu ini mau ujian semester. Tapi sampai sekarang, apa kamu tidak berniat melunasi utangmu?"
"S-saya ...."
"Kamu ini tidak ada yang bisa diandalkan sama sekali. Kamu tidak memiliki prestasi di bidang apa pun. Akademik dan non-akademik kamu nol besar. Lalu atas dasar apa kami harus mempertahankanmu di sekolah ini, Jungwon?"
Jungwon mengangkat wajahnya yang lebam di beberapa titik, lantas berujar, "S-saya sudah punya uang u-untuk bayar uang sekolah, Pak. T-tapi ... saya baru ada e-enam ratus---"
"Kamu tahu berapa banyak kerugian yang dialami sekolah karena perbuatan kamu, 'kan?" Pak Kepala Sekolah berdiri dari duduknya. Kemudian, lelaki dengan perut buncit itu berjalan menuju jendela dan menatap lurus ke depan. "Pagar sekolah yang rusak karena ulahmu, beberapa alat kebersihan sekolah ada yang patah dan tak bisa digunakan lagi, pipa bocor dan lain sebagainya. Semua itu ulahmu. Apa kamu lupa? Tidak berniat menggantinya?"
Sejatinya, Jungwon tidak tahu. Mengapa sekolah ini seolah-olah sedang memerasnya, sih? Selama dua tahun lebih dia bersekolah di sini, yang diungkit-ungkit oleh petinggi sekolah hanyalah uang, uang dan uang. Padahal, mereka mengetahui dengan jelas, jika Jungwon ini tidak memiliki keluarga satu pun. Bahkan, orang yang sempat menjadi walinya pun kini sudah menghadap Yang Maha Kuasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓
Fiksi Penggemar[JayWon FF AU] 'BUKAN BXB YA ANJIR, CAPEK SAYA NGASIH TAU ಥ‿ಥ /FRUSTRASI LEVEL HARD/' "Setan doang kok banyak bacot, sih, lo?!"---Yang Jungwon. "Gue bukan setan, woy, plislah!"---Jay Park. ___________________________ Title: A Ghost-ing Me! (A Ghos...