Jam menunjukan pukul setengah sembilan malam, sementara Serran baru saja pulang dari membasmi tikus tanah yang membuatnya muak. Untungnya beberapa bagian di ambil oleh si kembar Jemian dan Jevian sehingga mempermudah pekerjaannya.
Jangan tanyakan keadaannya sekarang ini seperti apa, di balik jas hitam itu terdapat kemeja putih berlumuran darah, sialnya ia tidak sempat mengganti bajunya karena ingin cepat mengakhiri kegiatan yang kadang menyenangkan baginya. Ia berharap adik bungsunya berada di kamar, ia tak ingin keadaannya seperti ini di lihat oleh si bungsu.
"Tadi kan Izal udah bilang ke bang Jevian kalau ditunggu makan malam di bawah, abang malah sibuk ngegame sih"suara itu membuat Serran menegang kaku saat dirinya baru saja akan masuk ke lift. Ia sangat kenal suara menggemaskan yang beberapa minggu ini menjadi candu untuk ia dengar. Itu suara adiknya, Haizal.
"Ya kan abang gak denger, kamu nya gak lihat apa kalau abang pakai Headphone?"
"Ya berarti jangan salahin Izal dong, kan yang salah abang kenapa harus pakai Headphone segala jadi gak denger kan"sungguh Jevian sedang ingin menguyel pipi berisi Haizal saat ini karena gemas.
Suara semakin mendekat bertepatan dengan lift yang akan segera turun.
"Bang Erran? Abang baru pulang ya?"tanya Haizal, remaja itu berlari kecil menuju kakak pertamanya yang berada di depan pintu lift.
"Hm"sahut Serran datar, ia sama sekali tak menatap Haizal yang sekarang berada di belakangnya.
"Abang kenapa bajunya basah?"sial, sepertinya darah dari kemeja belakangnya menembus jas hitam miliknya hingga terlihat seperti basah.
"Et et! Jangan di pegang Zal itu keringat!"Jevian terburu buru menarik Haizal untuk berada di dekatnya dan memberi jarak pada Sean.
"Abang keringetan? Gerah? Buka aja jasnya biar gak gerah"Haizal mencoba kelepas genggaman Jevian yang cukup kuat.
"Bang Jev kenapa sih ini kekencengan megangnya ah coba lepas"ucapnya pada Jevian. Serra hanya melirik melalui ekor mata nya. Saat Haizal dan Jevian sedikit berada di sampingnya.
"Eung a-anu eum Zal temenin abang ke dapur yu abang haus"ajak Jevian, itu sebenarnya hanya alasannya saja agar Serran bisa lepas dari pertanyaan Haizal.
"Loh kan tadi udah dari dapur kok malah ke dapur lagi"Haizal mengernyit heran, ia sepertinya mulai merasakan hal aneh.
Ia mencoba melihat keadaan Serran yang sejak tadi tak menggubris pertanyaannya. Ia juga merasa bahwa Jevian seperti ingin mencegahnya untuk melihat Serran.
Ting..
Bertepatan dengan itu Pintu lift terbuka, Serran bergegas masuk ke dalam lift yang disana berisi Sega. Saat Serran berbalik untuk menekan tombol, Haizal sudah ikutan masuk kedalam lift meninggalkan Jevian yang panik sendiri.
"Bang Jevi aneh banget dari tadi sore heran deh"gerutu Haizal nafasnya setengah memburu karena sempat terjadi paksa memaksa antara Jevian dan Haizal. Tau sendiri kekuatan kakak kembarnya yang satu itu tidak bisa di ragukan.
"Kenapa son?"Suara bariton itu mengagetkan Haizal, ia baru menyadari bahwa ada Sega di dalam sana.
"Daddy, Daddy kok gak keluar? Bukannya Daddy tadi mau ke lantai satu kan?"Sega menggeleng gemas, sepertinya ada hal baru yang perlu di biasakan bagi Sega. Yaitu rasa ingin tahu dan banyaknya pertanyaan yang terus keluar dari mulut anak bungsunya itu.
"Uhuk.. kok bau yang tadi sore kecium lagi ya? Makin nyengat lagi. Daddy nyium bau amis gak?"tanya Haizal sambi terbatuk kecil karena tak tahan dengan bau amis itu.
Sega baru menyadari bau yang ia cium ini adalah bau darah, ia memang tak mempermasalahkan bau tersebut karena sudah biasa. Yang membuatnya terdiam adalah Haizal, anak itu tidak mengerti apa apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡 [ Terbit ]
FanficPART MASIH LENGKAP 𝙳𝚒𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒, 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚋𝚞. 𝚂𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚞...