•49•

12.3K 1.5K 108
                                    

Cek. Cek.

Tes gelombang dulu.

Ekhem, oke aku minta maaf karena menghilang selama dua minggu ini. Karena keadaan yang tidak memungkinkan buat aku Up.

Jadi setelah sekian week, akhirnya aku Up lagi.

Btw met malming yorobun.

______________________________________ʘ‿ʘ

"Haizal benar-benar nekat, aku gak habis pikir kalau dia akan melakukan hal yang membahayakan dirinya seperti itu."Sega berucap sambil menatap Yona.

"Dalam hal ini seharusnya kita berusaha buat bikin Haizal nyaman mas, bukan malah bikin dia makin tertekan,"ucap Yona. Wanita itu sudah berada di ruang kerja Sega, setelah beberapa waktu lalu menyelesaikan masalah putra kembarnya.

Ke empat putra kembar Zifander sudah di suruh pulang ke mansion lebih awal dari jam sekolah berakhir, sedangkan sepasang suami istri itu memilih membicarakan hal serius ini di kantor Sega.

"Sebenarnya aku berencana untuk bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. Karena bagaimanapun Haizal, dia tetap putraku."

"Aku takut Serran juga akan bersikap seperti Jevian, mas. Aku sangat takut Serran bertindak gegabah dan Haizal jadi semakin berbuat nekat."kata Yona sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan nya.

"Kita berdoa saja agar Serran mengerti, aku yakin dia sedang berdebat dengan pikirannya setelah mendengar perkataan Jefan tadi pagi,"Sega mengelus rambut Yona guna menenangkan pikiran istrinya.

.

.

.

Matahari sudah mulai berada di puncaknya sehingga membuat siang ini menjadi panas terik. Jevian tampak duduk di tepi danau belakang mansion, tak peduli jika sinar matahari akan membakar kulit saljunya.

Ia menatap kedua tangannya tanpa berkedip sedikitpun. Sudah sejak pulang sekolah tadi Jevian berada di danau tempat Haizal pernah tenggelam dulu. Bahkan remaja itu belum mengganti seragam nya.

Masih teringat jelas di kepalanya kejadian di kantin tadi, kedua tangannya yang dipaksa menggenggam pisau bermata tipis dan lancip lalu menodongkan nya ke leher adiknya. Ia tak menyangka bahwa Haizal bisa benar benar senekat itu. Jika saja Jevian tidak menahan nya atau bahkan lengah, ia tidak bisa membayangkan kalau Haizal terluka, dan itu karena nya.

"Haizal...."Jevian bergumam lirih.

*****

Lamborghini hitam yang harganya puluhan milyar itu terparkir apik di depan lobi mansion, keluarlah si pemilik mobil yakni putra bungsu keluarga Zifander.

Haizal, remaja itu terlihat lusuh dengan baju seragam yang kusut dan acak-acakan. Ada beberapa lebam di wajahnya dan juga ujung bibirnya sedikit robek. Tatapan nya tajam dan dingin membuat siapa saja yang ditatap olehnya akan merasa seperti di hujam anak panah.

Saat ia masuk ke dalam mansion megah itu, dirinya sudah di suguhi pemandangan keluarganya yang memusatkan perhatian pada nya saat tiba di ruang keluarga. Ratu di keluarga tersebut mendekat pada Haizal dan meneliti seluruh tubuh anak itu.

𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡  [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang