•40•

15.1K 2.1K 179
                                    

Enam laki laki dengan perbedaan usia itu kini tengah kalut menunggu di didepan ruang operasi. Setelah Haizal sudah tak sadarkan diri, mobil yang di kemudikan sendiri oleh Jevian sampai di rumah sakit dan langsung cepat di tangani.

Sega, ayah enam anak itu masih berpikir positif dengan ribuan harapan dan rapalan doa untuk keselamatan sang putra. Namun wajah dengan sedikit kerutan yang mulai muncul di wajah penuh kewibawaan itu terlihat sorot bersalah dan khawatir yang teramat sangat.

Ketiga putra kembar Zifander pun begitu, Jemian yang masih menangis tersedu sedu di pelukan Jevian yang diam dengan tatapan sendu serta Juna yang berada di dekat mereka dengan raut wajah tak mampu terbaca.

Sedangkan Serran, orang yang paling merasa bersalah dalam hal ini. Pemuda itu berdiri cukup jauh dari sang ayah ataupun adik kembarnya. Lelaki itu berdiri bersandar pada tembok putih rumah sakit sambil merenung berharap adik bungsunya baik baik saja. Kejadian beberapa saat yang lalu masih berputar di kepalanya melihat wajah Haizal yang sayu dan perutnya berdarah.

Sudah Empat jam berlalu tapi operasi masih belum selesai Entah apa saja yang di lakukan oleh para dokter sehingga begitu lama, apakah keadaan Haizal sangat parah? Itu yang ada dalam pikiran mereka saat ini.

.


.


.

.

Setelah menunggu lima jam lamanya, Dokter keluar dengan wajah lelahnya dan menatap kepala keluarga Zifander yang menanti kabar dengan tidak sabaran.

"Bagaimana keadaan putra ku dokter?"tanya Sega dengan hati yang bergemuruh.

Dokter itu semoat menghela nafas pelan mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin pak, Pasien sempat mengalami Henti jantung di meja operasi. Namun, mungkin nyatanya putra bapak masih ingin berjuang. Dengan berat Hati anak bapak kami nyatakan Koma"

Mendengar kata yang tak di harapkan kekuar dari Dokter itu membuat Pria Zifander Minus Jefan terdiam. Tak tahu harus bereaksi apa selain menunduk menahan tangis.

"La-lalu kapan ia akan bangun Dokter?"

"Saya tidak tau kapan perkiraan pasien akan bangun, tubuh pasien tak memberi reaksi aktif. Jadi kita hanya bisa berdoa dan menunggu keajaiban akan datang pada kita"ucap Dokter yang usianya sudah menginjak kisaran kepala tiga itu.

"Untuk Sementara Pasien akan di pindahkan keruangan ICU agar kami dapat memantau kondisi dan perkembangan nya secara intensif. Pihak keluarga boleh melihat setelah pasien di pindahkan, namun karena ruang ICU adalah ruang steril, jadi yang di perbolehkan masuk hanya maximal dua orang saja. Kalau begitu saya permisi"Dokterpun pergi di iringi berankar yang di dorong keluar oleh para team operasi.

Tubuh Sega melemas menatap tuhuh yang pucat seperti tak bernyawa. Mata binar yang selalu membuat penatnya Hilang kini tertutup rapat dengan rona wajah yang tak lagi ada. Ia gagal menjaga putranya. Percuma ia memiliki ribuan pengawal namun tak bisa melindungi putra bungsunya. Ia gagal jadi ayah untuk yang ke dua kalinya.

*****

Yona, ibu dari enam anak itu kini menangis memeluk sang putra yaang terbaring dengan banyak nya alat yang terpasan di tubuhnya. Di usapnya surai kasar Haizal dengan isak tangis yang tak berhenti.

"Izal... Hiks... anak Mommy. Hiks.. hiks... Bangun yuk. Tadi kamu kan pamitnya cuma kesekolah, kenapa sekarang tidur di rumah sakit nak? Hiks.. hiks... Bangun yuk hiks... Mommy udah masak makanan enak kita pulang ya. Tidurnya jangan lama lama hiks.. hiks.."ucapan lirih Yona berhasil membuat Jefan yang ada di sampingnya menangis. Jefan adalah orang yang paling jarang berinteraksi dengan Haizal meski pun dirinya sering berada di rumah. Dirinya takut, takut kehilangan Haizal, Lagi.

Kecupan kecil di dahi Haizal selalu di berikan oleh Yona dengan Harapan putra nya itu bangun. Ia mulai rindu dengan sura manis yang memanggil nya. Rengekan anak nya itu selalu membuat Yona merasa memiliki balita lagi.

"Udah ya Mom, Daddy juga mau lihat Haizal"ucap Jefan dengan suara serak nya.

Sementara di luar ada Sega dan empat putra nya yang lain. Sega menatap Serran yang tertunduk, ia tahu permasalahan putra sulungnya yang mungkin merasa menyesal telah berburuk sangka pada Haizal.

"Maid, salah satu dari mereka tidak sengaja menjatuhkan meja tempat kamu meletakkan laptop. Dan pada saat yang sama Haizal datang dan menemukan kekacauan kecil itu"ucap Sega, Serran terpaku menatap keramik putih yang ia pijaki. Ia telah menuduh adiknya atas kesalahan yang tidak berdasar. Lagi dan lagi ia terus menyakiti adiknya, ia telah mengingkari janji yang ia buat.

Serran bangkit dan pergi meninggalkan rumah sakit tanpa sepatah katapun. Ia marah dan benci pada dirinya sendiri karena menyesal sudah tak ada gunanya.

===============================

Semuanya, makasih ya sarannya. Saran kalian di terima dengan baik kok. Aku tau gak seharusnya cerita Haizal di gantungin gitu aja.

Maka dari itu sesuai permintaan kalian cerita ini bakal di lanjutin sampai End. Tapi sesuai juga dengan saran kalian kalau ending dan beberapa cerita di versi wattpad bakal aku bikin beda di versi cetak.

Ini masih rencana dan proses ya gaes penerbitan nya jadi belum pasti. Makanya aku minta pendapat kalian biar aku tahu keputusan apa yang harus ku ambil.

Dan dengan berita baik ini aku umumin kalau cerita Haizal di wattpad gak bakal aku stop. Dan kalian bisa baca cerita Haizall sampai End.








𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡  [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang