Yona keluar dari ruangan dokter Rosie, dokter psikeater yang selama ini menanganinya. Mimpi yang ia dapatkan semalam bukan baru sekali di dapatkan Yona, tetapi mimpi itu selalu menghantui dirinya setiap malam sampai menyerang mental Yona.
Yona mengalami Anxiety dreams, yang artinya gambaran mimpi buruk akibat perasaan negatif dari diri sendiri, misalnya yang disebabkan oleh stres ataupun masalah kesehatan mental. Mengakibatkan dirinya selalu tidak bisa mengontrol perasaannya setelah mengalami mimpi itu. Mentalnya bisa di katakan terguncang karena mimpi buruk yang terus hadir dalam tidurnya.
Bruk..
"Akh.. maaf bu saya nggak sengaja. Ibu nggak apa apa??"seorang pemuda tanpa sengaja menyenggol bahunya hingga membuatnya hampir terhuyung, untungnya seorang pria muda berbadan kekar menahan lengan Yona agar tidak terjatuh. Pria itu adalah bodyguard yang menjaga Yona saat di luar.
"Nyonya tidak apa apa?"tanya sang bodyguard.
"Saya baik baik aja"ucap yona pada body guardnya, lalu ia beralih menatap si pemuda yang menabraknya "Iya nak saya tidak apa apa"jawab Yona dengan senyum simpulnya.
"Maaf ya bu sekali lagi, saya benar benar nggak sengaja karena buru buru. Ibu kayaknya sakit apa perlu saya panggilkan dokter, wajah ibu terlihat pucat"ucap si pemuda cemas, karena raut wajah yona memang lebih pucat dibanding saat di tegur putra-putranya di rumah tadi.
"Ah tidak usah nak, saya tidak apa apa. Saya baru saja keluar dari ruangan dokter jadi tidak perlu"tolak Yona dengan suara lembut.
"Oh baiklah kalau gitu saya permisi ya bu, teman saya sedang menunggu"pamit pemuda berambut cokelat madu itu lalu pergi meninggalkan Yona yang tertegun cukup lama melihat punggung pemuda itu mulai menjauh.
"Tama, saya minta kamu cari tau tentang anak itu!"ucap Yona pada bodyguard nya yang ia panggil Tama.
"Baik Nyonya, tapi apa pemuda itu melukai Nyonya? Jika iya, apa perlu saya memberi pelajaran padanya?"tanya Tama namun di beri gelengan cepat oleh Yona.
"Tidak, aku hanya merasakan perasaan aneh saat menatap matanya"mendengar ucapan Yona, Tama hanya mengangguk patuh.
*****
Haizal sedang berdiri di depan gerbang rumah seseorang, sepertinya ia menunggu orang yang ada di dalam membukakan gerbang tersebut. Tak lama gerbang itu di buka oleh seorang satpam dan tersenyum ramah menyapa Haizal.
"Eh den Haizal, cari den Sean ya?"ujar satpam yang memang sudah mengenal Haizal.
"Iya pak, Sean nya ada?"tanya Haizal.
"Aduh den Sean masuk rumah sakit, den. Kemarin dia kecelakaan motor, jadinya di rawat di rumah sakit Cempaka"
"Astaga, terus pak? Sean nya gimana? Lukanya parah gak pak?"Haizal memburu pertanyaan pada satpam itu.
"Katanya sih cidera ringan tapi masih harus di rawat, jadinya belum pulang den"
"Oh yaudah makasih ya pak kabarnya, kalau gitu saya langsung ke rumah sakit aja jenguk Sean. Permisi pak"pamit Haizal, lalu ia pergi menuju rumah sakit.
..
.
.
.
.
"Halo, lo kok gak bilang kalau lo kecelakaan?"tanya Haizal saat menelpon Sean. Haizal kini sudah ada di lobi rumah sakit Cempaka tempat temannya itu di rawat.
"Ya maaf, gue lupa"sahut orang di seberang telepon.
"Ya kan seharusnya kasih tau gue biar gue gak bolak balik harus ke rumah lo terus langsung ke rumah sakit. Lo kira bayar ongkos angkot murah apa, mana dari rumah lo ke rumah sakit jauh lagi"gerutu Haizal.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡 [ Terbit ]
FanfictionPART MASIH LENGKAP 𝙳𝚒𝚊 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒, 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚐𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚋𝚞. 𝚂𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚎𝚛𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒, 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚞...