•42•

13.5K 1.9K 198
                                    

Jemian tertidur di samping ranjang Haizal sambil menggenggam tangan kiri adiknya yang bebas dari infus. Suasana ruang rawat memang sepi karena hanya berisi Jemian dan Haizal yang masih setia dengan tidur panjangnya.

Perkiraan dokter Drian meleset jauh, dokter pribadi Haizal yang di tugaskan Sega untuk merawat Haizal itu memperkirakan bahwa Haizal setidaknya akan siuman 1 minggu pasca anak itu kejang kejang dan di nyatakan sudah melewati masa kritisnya.

Namun sampai sekarang tepat 3 bulan Haizal Koma, tidak ada tanda tanda yang menunjukkan bahwa anak itu akan bangun. Selama itu pula keluarga Zifander berusaha keras untuk menjalani hidup tanpa adanya kesayangan mereka. Setiap hari yang mereka jalani terasa berat, mereka setiap saat berharap mendapat kabar bahwa Haizal sudah siuman tapi selalu di patahkan oleh kenyataan. 

Sebegitu lelahnya kah Haizal? Sehingga dalam jangka 3 bulan ini anak itu bahkan tampak tertidur lelap Tanpa memperdulikan keluarga nya yang bahkan tak bisa tidur dengan nyenyak menunggu dirinya sadar dari koma.

Cklek

Pintu ruang rawat itu terbuka menampakan sosok wanita berparas cantik dan anggun mendekati brankar Haizal dan juga terdapat Jemian yang tidur dengan posisi duduk.

Di usapnya kepala Jemian dengan lembut sambil tersenyum. Jemian perlahan terbangun dari tidurnya karena merasakan ada tangan halus dan dingin mengelus kepalanya.

"Eung.. Mommy"Jemian bergumam sambil mengusap wajahnya.

"Anak Mommy pasti capek ya sampai ketiduran gitu. Kamu pindah ke brankar sana nanti kalau tidur nya sambil duduk punggung kamu sakit"ucap Yona. Dirinya harus ekstra memperhatikan anak anaknya yang akhir akhir ini tidak menjaga kesehatan mereka. Karena cukup Haizal yang sekarang tidak ada kepastian kapan bangunnya. Jangan di tambah salah satu anaknya lagi yang ikut drop. Karena jika itu terjadi, mungkin Yona tidak akan sanggup menapaki bumi.

"Gak usah Mom. Jemi mau ke kantin rumah sakit aja beli coffe"setelah Jemian keluar dari ruangan, Yona duduk di tempat yang tadi Jemian duduki sambil menatap Haizal.

"Kamu lagi mimpi indah ya, nak? Tidur nya nyenyak banget sampai biarin Mommy, Daddy dan saudara saudara kamu yang lain nya uring uringan tanpa kamu. Gak apa apa, kamu bisa tidur selama yang kamu mau, kamu bisa istirahat sampai kamu benar benar gak merasa lelah lagi. Tapi Mommy harap setelah ini kamu bangun"ucupan yang merupakan permintaan dan harapan itu berakhir terdengar lirih.

"Mommy tau Haizal capek, Mommy ngerti dan Mommy mencoba menerima keputusan Haizal. Tapi... Mommy harap setelah ini kamu bisa kembali seperti semula, kamu bangun dan peluk Mommy lagi"air mata Yona tak bisa di bendungan lagi, pertahanan  yang berusaha ia buat kini runtuh hanya dengan melihat wajah pucat sang putra yang terpejam.

"Mommy rindu suara manja anak Mommy hiks.. Mom-mommy rindu tatapan mata polos hiks.. yang selalu Izal tampilkan ke Mommy. Mommy rindu senyum manis putra bungsunya Mommy hiks... hiks... Mommy mohon kamu cepet bangun nak hiks.."isak tangis Yona memenuhi ruangan yang hanya di isi oleh suara alat medis yang memantau kondisi detak jantung Haizal. Wajah penuh air mata itu tertelungkup dengan jidat Menyentuh tangan Haizal.

Cukup lama Yona menangis hingga tak menyadari ada sedikit pergerakan dari tangan Haizal. Jari jari itu bergerak samar cukup lama, setelahnya tjari jari itu kembali seperti semula diam dan kaku.

"Mom..Mom....my"suara itu sangat kecil terdengar seperti bisikan. Namun Yona masih cukup mampu mendengar lirihan itu. Dengan cepat Yoan menegakkan kepalanya dan menatak ke arah sang putra yang terbaring itu. Ada raut terkejut namun tak mampu menuttupi rasa bahagisa serta syukur ketika mendapati sepasang mata yang sudah lama tertutup itu kini terbuka dan menatap sayu ke arah nya.

𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙈𝙚 || 𝙃𝙖𝙞𝙯𝙖𝙡  [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang